<![CDATA[Dinamika perkembangan tasawuf tidak lepas dari tudingan bahwa tasawuf dianggap sebagai praktik keagamaan yang berlebihan (apalagi menyimpang), mematikan kreativitas, menentang modernisasi, dan lain-lain. Banyak modernis Islam khususnya yang beranggapan bahwa tasawuf adalah penyebab utama kemunduran umat Islam. Pada tataran aqidah, tasawuf dituding sebagai sumber bid’ah, tahayul, dan tahayul, sedangkan pada tataran sosial, tasawuf dituding sebagai pembunuh kreativitas karena mengedepankan ajaran pasif seperti zuhud (menghilangkan rasa cinta terhadap sesama). dunia), 'uzlah (menutup diri dari orang lain), khalwat (menutup diri untuk beribadah), qana'ah (berpuas diri), dan lain-lain. Akibatnya umat Islam tidak termotivasi untuk memperoleh kesejahteraan duniawi karena menganggap kesejahteraan yang wajib dicapai hanyalah akhirat (ukhrawi). Implikasinya, umat Islam tertinggal jauh dari Barat dalam berbagai aspek, baik sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Carl W. Ernst, dengan kata lain, melihat bahwa kaum modernis Islam menentang tasawuf bukan karena mereka menganggapnya sebagai ajaran di luar Islam, tetapi karena mereka melihat pemahaman ini identik dengan takhayul sebagai merek dagang abad pertengahan, sekaligus penghalang menuju modernitas. Banyak yang beranggapan bahwa tasawuf atau tasawuf tidak sejalan dengan modernisasi. Bahkan dianggap sebagai hambatan atau hambatan bagi umat Islam dalam mencapai modernitas dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu jika umat Islam ingin mencapai kemajuan, maka tasawuf harus ditinggalkan. Penyebab kemunduran dan keterbelakangan umat Islam adalah karena mereka terjebak dalam praktik sufistik yang membuat mereka lupa akan dunia.]]>
Copyrights © 2024
