Perang antara Israel dan milisi-milisi perlawanan Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, sejak Oktober 2023 telah melibatkan keberadaan tawanan, baik dari pihak Israel maupun Palestina. Artikel ini membahas strategi diplomasi Qatar dalam kesepakatan pertukaran tawanan sebagai salah satu bagian dari persetujuan gencatan senjata empat hari yang dijalin antara Hamas dan Israel pada November 2023. Tercapainya kesepakatan gencatan senjata, termasuk di dalamnya pertukaran sandera, merupakan hasil dari kebijakan luar negeri Qatar yang memosisikan diri sebagai middle power yang netral. Dalam upaya menjalin gencatan senjata ini, Qatar telah menggunakan niche diplomacy sebagai instrumen kebijakan luar negerinya. Riset ini dilakukan dengan metode kualitatif dan menemukan bahwa dalam kasus ini Qatar telah melakukan niche diplomacy dengan sejumlah strategi, yaitu conciliating builder, bridging builder dan integrating builder.The war between Israel and Gaza resistance militias, led by Hamas, since October 2023 has involved the presence of prisoners, both from the Israeli and Palestinian sides. This article discusses Qatar's diplomatic strategy in the prisoner exchange agreement as part of the four-day ceasefire agreement between Hamas and Israel in November 2023. The achievement of the ceasefire agreement, including the exchange of hostages, is the result of Qatar's foreign policy, which positions it as a neutral middle power. To establish this ceasefire, Qatar has used niche diplomacy as an instrument of its foreign policy. This research was conducted using a qualitative method and found that Qatar has carried out niche diplomacy with several strategies, namely conciliating builder, bridging builder and integrating builder.
Copyrights © 2024