Dalam beberapa literatur, Nabi Ibrahim dianggap sebagai sosok penting peletak dasar monoteisme, sehingga dikenal sebagai Bapak Monoteisme. Hal ini, sebab hadirnya Nabi Ibrahim dengan syariat yang dibawanya di masa dia hidup dianggap menjadi penanda transisi peradaban profetik dari umat nabi-nabi sebelumnya yang terbelenggu oleh paham ketuhanan politeistis ke arah paham monoteistis. Simpulan ini tentu tidak dapat dikatakan benar sepenuhnya, khususnya ketika dipandang dari persepektif Islam yang meyakini bahwa monoteisme bahkan telah ada sejak diturunkannya Adam sebagai manusia pertama. Penelitian yang tergolong penelitian kepustakaan (library research) ini, menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. Pertama, bahwa setelah banjir besar yang menenggelamkan kaum Nuh yang kufur, peradaban manusia mengalami perkembangan yang pesat, seperti penyebaran umat manusia ke berbagai benua. Setelah penyebaran tersebut, dan generasi-generasi yang beriman sudah mulai terkikis, diutuslah Hud kepada kaum ‘Ad yang menjadi kaum pertama yang menyembah berhala dan menganut paham politeisme, begitupun pada kaum Tsamud yang kepada mereka Saleh diutus. Monoteisme baru kembali muncul pada masa Ibrahim yang ditandai dengan penyelidikan radikalnya terhadap konsep ketuhanan. Kedua, pada masa peradaban profetik Ibrahim, terjadi peristiwa-peristiwa penting yang kelak menjadi dasar bagi ritual-ritual ibadah dalam Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Copyrights © 2023