ABSTRAK Tembang Macapat biasanya dilagukan dalam acara adat, salah satunya adalah dalam upacara pernikahan yang menggunakan Adat Jawa. Prosesi sungkeman menjadi salah satu bagian sakral dari banyak rangkaian tata cara pernikahan Adat Jawa dan Tembang Asmarandana menjadi Tembang yang paling umum digunakan untuk mengiringinya. Namun Tembang tidak hanya dilagukan tanpa tujuan, melainkan sebagai nasihat yang ingin disampaikan kepada anak – anak muda yang sedang dimabuk asmara. Kemudian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerjemahkan makna dari bait Tembang yang terkandung dalam Asmarandana menggunakan empat konsep semiotika Ferdinand de Saussure dengan menggunaakan metode penelitian semiotika linguistik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah Tembang Asmarandana dilagukan pada prosesi sungkeman karena memiliki pesan yang sesuai dengan fase remaja yang dimabuk asmara, agar selalu mengingat nasihat orang tua jika tidak boleh terpaku dengan dunia yang sementara ini dan selalu meningat jika nanti kematian akan datang. Kata Kunci : Tembang Asmarandana Sungkeman
Copyrights © 2024