Seorang penghafal al-Qur’an dengan menggunakan metode tasmi’ akan sadar akan kesalahannya, karena bisa saja ia salah mengucapkan huruf atau harakat. Akibatnya, dia akan lebih fokus pada hafalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode tasmi’, hasil penerapan metode tasmi’, perbedaan dan persamaan penerapan metode tasmi’ di DAQU dan di DM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode tasmi’ di DAQU dan DM sama-sama dimulai dengan mempelajari tajwid terlebih dahulu, kemudian proses menghafal, muroja’ah persiapan tasmi’, dan pelaksanaan kegiatan tasmi’. Hasil penerapan metode tasmi’ di DAQU dan di DM yaitu kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas hafalan santri dengan penggunaan metode tasmi’. Perbedaan dan persamaan penerapan metode tasmi’ di DAQU dan di DM dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya perbedaan diantara kedua pesantren ini sama-sama menjadi keunggulan dan daya tarik tersendiri pada masing-masing pesantren. Akan tetapi, kedua pesantren ini sama-sama memprioritaskan program tahfidz. Faktor pendukung dan penghambat ialah kesehatan, kelancaran hafalan motivasi dan lingkungan yang kondusif. Faktor penghambat kurang manajemen waktu, jenuh dan bosan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024