Film dokumenter Akar Manusia Urban adalah dokumenter partisipatoris, yang menggali tentang identitas anak urban yang memiliki orang tua berbeda suku, namun tidak memiliki pemahaman tentang kedua suku tersebut. Film dokumenter ini menceritakan kisah hidup penulis, yang dibuat berdasarkan pengalaman empiris tentang rasa berjarak dengan kampung halaman dan tradisi kedua orang tua. Oleh karenanya, metode yang digunakan adalah autoetnografi. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang masih jarang digunakan dalam proses berkarya secara kreatif. Metode ini sangat menekankan pada subjektifitas dan bersifat personal. Proses perjalanan ke kampung halaman orang tua di Palangkaraya, Kalimantan Tengah dan Larantuka, Nusa Tenggara Timur adalah upaya untuk memahami lebih dekat tentang silsilah keluarga besar dan nilai tradisi yang terdapat di daerah. Melalui pendekatan dokumenter partisipatoris dan autoetnografi, dokumenter ini menghadirkan pengalaman-pengalaman yang jarang dijumpai di kota Jakarta. Terdapat banyak perbedaan yang ditemui dari perjalanan ke keluarga besar, seperti masakan, budaya salam dan sebagainya. Selain perbedaan yang ditemui terdapat juga beragam kesamaan dari suku Dayak dan Flores, antara lain bagaimana air memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena kedua kampung halaman dikelilingi oleh sungai dan laut.
Copyrights © 2024