Background: Penggunaan antibiotik profilaksis pada saat operasi sesar telah terbukti mengurangi risiko infeksi luka, Intensnya penggunaan dan penyalahgunaan antibiotik tidak diragukan lagi, merupakan faktor utama yang terkait dengan tingginya jumlah bakteri patogen, untuk mengurangi dampak dan membatasi penyebaran resistensi salah satunya dengan penggunaan obat antimikroba secara rasional, komplikasi yang paling sering terjadi pada operasi adalah sectio saesarea timbulnya demam diserta naiknya angka leukosit. Tujuan: untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien Sectio Caesarea secara kualitatif menggunakan metode gyssens dan untuk mengetahui outcome terapi penggunaan antibiotik profilaksis setelah operasi sesar. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan cross sectional, pengambilan data dilakukan secara retrospektif, berupa data rekam medis sebanyak 84 pasien di rumah sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta. Hasil: evaluasi menggunakan gyssens menunjukkan bahwa penggunan antibiotik profilaksis pada pasien sectio caesarea di rumah sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta sudah tepat obat dan dosis sesuai pedoman, namun terdapat penggunaan antibiotika profilaksis yang terlalu lama (III A) 68%, ada antibiotik yang lebih murah (IV C) 22%, ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit (IV D) 6% dan penggunaan antibiotik tidak tepat waktu (I) 4%, sedangkan berdasarkan outcome terapi setelah operasi sesar menunjukkan angka leukosit <11.000/mcL dan suhu tubuh <37,5°C sehingga cefazolin, cefuroxime, ceftriaxone, cefotaxime memiliki efektivitas yang sama. Kesimpulan: penggunaan obat yang terlalu lama perlu menjadi perhatian pada penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien Sectio Caesarea.
Copyrights © 2024