Pengelolaan ruang publik menjadi sebuah tantangan tersendiri guna menghasilkan suatu ruang publik yang akomodatif terhadap kebutuhan dan keberagaman civitas penggunanya. Menyelaraskan kebutuhan akan interaksi sosial dengan keinginan akan privasi menjadi fokus utama dengan tidak melupakan inklusivitas ruang publik, menciptakan lingkungan yang dapat dinikmati semua orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola penataan fasilitas di sebuah ruang publik dapat mempengaruhi bentuk interaksi yang terjadi serta bagaimana preferensi pola penataan fasilitas duduk ruang terbuka publik di kampus Institut Seni Indonesia Denpasar. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif yang disampaikan secara deskriptif. Metode yang digunakan dalam penggalian data adalah metode observasi non partisipan dan metode angket. Analisis dan pembahasan permasalahan menggunakan pendekatan keilmuan lingkungan binaan, dengan memfokuskan pada teori pola penataan sociopetal dan sociofugal dari Humprey Osmond. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada fasilitas duduk berpola penataan sociofugal sering terjadi pengubahan pola penataan menjadi pola penataan sociopetal oleh pengguna, dikarenakan keinginan interaksi sosial yang kuat dari para penggunanya. Fasilitas duduk dengan pola sociopetal lebih diminati oleh civitas kampus yang mayoritas mahasiswa dengan karakteristik supel, komunal dan terbuka. Preferensi pilihan pola sociopetal diperkuat dengan pemilihan area penempatan, ada tidaknya orang yang dikenal saat menggunakan fasilitas duduk dan kenyamanan dari material fasilitas duduk itu sendiri.
Copyrights © 2024