Abstrak. Minangkabau melarang pernikahan antar etnis atau sesama suku. Pernikahan sesuku yang ada di Minangkabau tidak dilarang atau dipermasalahkan di dalam agama Islam. Namun, didalam adat di Minangkabau hal tersebut menjadi masalah. Perkawinan sesuku dilarang karena menurut masyarakat Minangkabau sesuku itu berarti sedarah menurut keturunan ibu atau matrilineal. Karena itu pada saat ini banyak masyarakat yang melanggar aturan atau tidak memperdulikan norma adat tentang larangan perkawinan sesuku. Di nagari Aia Bangih menjunjung sebuah falsafat “Adat basandi syara’ basandi kitabullah”. Maka dari itu larangan perkawinan sesuku yang ada di Nagari Aia Bangih bertolak belakang dengan Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan belum sesuai dengan Hukum Islam dan Undang-Undang  Perkawinan. Abstract. Minangkabau prohibits inter-ethnic or same-ethnic marriages. Marriage between ethnic groups in Minangkabau is not prohibited or problematic in Islam. However, in Minangkabau customs this is a problem. Marriage between ethnic groups is prohibited because according to the Minangkabau people, same tribe means consanguinity according to maternal or matrilineal descent. Because of this, currently many people violate the rules or do not pay attention to traditional norms regarding the prohibition of intermarriage. In the village, Aia Bangih upholds a philosophy of "Adat basandi syara' basandi kitabullah". Therefore, the prohibition on same-ethnic marriages in Nagari Aia Bangih is contrary to the Marriage Law and Islamic Law. Based on the research results, the implementation is not in accordance with Islamic Law and the Marriage Law.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024