Kondisi pandemi berdampak terhadap penurunan permintaan apartemen di Indonesia. Apartemen pada secondary market mengalami penurunan harga transaksi 10%-20% selama masa pandemi. Pada pasar primer apartemen banyak diberikan kemudahan dalam pembayaran seperti diskon Down Payment, angsuran diperpanjang, free interior, dan lainnya untuk menarik konsumen. Harga apartemen mengalami penurunan dengan cara promosi diskon harga jual 5%-10%. Data penjualan apartemen di Indonesia turun 50% pada kuartal I-2022. Sedangkan tingkat hunian atau okupansi apartemen servis mengalami penuruan dari 61% menjadi 58,2%. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya risiko jumlah apartemen yang akan bertambah membuat occupancy rate mungkin bertambah menurun dan berdampak pada penerimaan Apartemen Grand Shamaya. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan finansial dan analisis sensitivitas terhadap penerimaan investasi pada proyek Apartemen Grand Shamaya. Analisis kelayakan finansial dari Apartemen Grand Shamaya ini dilakukan dengan menggunakan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Langkah-langkah dalam melakukan analisis adalah mengestimasi biaya investasi, pendapatan, dan pengeluaran untuk membuat aliran kas selama masa investasi proyek, kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. Hasil dari analisis kelayakan finansial proyek Apartemen Grand Shamaya Tower Rishley dengan nilai MARR 7,12% didapatkan nilai NPV sebesar Rp 27.285.185.406, IRR 8,85%, dan payback period 6 tahun. Analisis sensitivitas dilakukan pada variabel biaya investasi, harga jual unit, tingkat penjualan unit, dan biaya operasional. Dari analisis sensitivitas yang dilakukan didapatkan variabel yang paling sensitif yaitu kenaikan biaya investasi dengan batas kenaikan sebesar 2,34%.
Copyrights © 2023