Bali, adalah salah satu provinsi di Indonesia yang cukup dikenal secara global. Setelah pandemi mereda pada akhir kuartal pertama 2022, jumlah pengunjung di Bali meningkat secara tajam. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi bandara tersibuk kedua di Indonesia karena tingginya jumlah wisatawan yang datang melalui jalur udara. Namun, peningkatan pesat jumlah pengunjung juga menyebabkan kemacetan lalu lintas, sebagian karena mayoritas orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada transportasi publik. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah memperkenalkan sistem Bus Transit untuk meningkatkan layanan transportasi publik dan mengurangi kemacetan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aksesibilitas terhadap Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menggunakan sistem Bus Transit. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi destinasi wisata dan daerah sekitar rute bus, membaginya menjadi zona berdasarkan kecamatan, serta melakukan survei jarak dan waktu tempuh menggunakan Google Maps. Selain itu, dihitung juga Indeks Alpha, Indeks Beta, Indeks Gamma, dan Valued Graph Matrix untuk menentukan indeks aksesibilitas bandara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dengan menggunakan Bus Transit dipengaruhi oleh faktor jarak dan waktu tempuh dari setiap kecamatan menuju bandara, serta konektivitas antar kecamatan yang dilalui oleh rute Bus Transit. Indeks Alpha dan Indeks Beta menunjukkan bahwa Kecamatan Kuta Selatan adalah kecamatan dengan aksesibilitas paling rendah dengan nilai Indeks Alpha ( = 0, dan memiliki jaringan konektivitas yang paling sederhana dengan nilai Indeks Beta ( = 0.5. Sedangkan menurut Indeks Gamma, kecamatan dengan aksesibilitas paling rendah adalah Kecamatan Denpasar Timur dengan nilai Indeks Gamma (= 0.533. Berdasarkan hasil perhitungan Valued Graph Matrix, Kecamatan Ubud merupakan kecamatan dengan aksesibilitas paling rendah.
Copyrights © 2024