Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas penting bagi masyarakat Indonesia dan terus mengalami peningkatan permintaan. Upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan perbaikan karakter tanaman melalui induksi poliploidi menggunakan mutagen. Kolkisin dapat mengakibatkan terjadinya penggandaan kromosom sehingga diharapkan dapat menghasilkan tanaman poliploid dengan ukuran yang lebih besar. TSS merupakan biji botani bawang merah yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan umbi, seperti masa penyimpanan lebih lama, biaya penyediaan benih lebih murah, serta bebas hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi konsentrasi kolkisin dan lama perendaman yang efektif untuk menghasilkan bawang merah tetraploid. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 8 kombinasi perlakuan antara konsentrasi kolkisin (0%, 0,25%, 0,50%, 0,75%) dan lama perendaman (24 jam dan 48 jam) dengan 3 ulangan. Variabel pengamatan terdiri dari daya kecambah, persentase kematian, LC50, pertumbuhan planlet (tinggi planlet, jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar), dan sitologi (kerapatan stomata dan jumlah kromosom). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi konsentrasi kolkisin dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan, kecuali pada variabel jumlah daun dan jumlah akar. Peningkatan konsentrasi dan lama perendaman kolkisin menurunkan daya kecambah dan menaikkan persentase kematian. Perlakuan K3P1 (0,75%, 24 jam) menunjukkan pertumbuhan tinggi planlet dan panjang akar terbaik dari perlakuan lainnya. Kombinasi konsentrasi kolkisin dan lama perendaman yang digunakan tidak menghasilkan tanaman tetraploid namun menghasilkan tanaman pentaploid.
Copyrights © 2024