Penelitian ini mengulas pemikiran Angelika Neuwirth yang melihat Al-Qur’an era pra-kanonisasi dan post-kanonisasi. Argumen Neuwirth disandarkan kepada kekhawatiran dehistorisasi Al-Qur’an setelah proses kodifikasi, yang menyebabkan unsur historis Al-Qur’an menjadi kurang menonjol. Neuwirth menegaskan bahwa lahirnya proses komunikasi dengan karakter drama yang kental melahirkan Al-Qur’an, sehingga ketika konteks berubah, Al-Qur’an tetap relevan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan metode kualitatif dengan kajian yang berfokus kepada Angelika Neuwirth, penelitian ini menegaskan bahwa; Neuwirth menawarkan solusi pembacaan yang berbasis pada kerangka kronologis, dengan mempertimbangkan konteks historis dan komunikatif. Neuwirth juga mengkaji struktur mikro surat Al-Qur’an, serta menghubungkan dengan teks-teks lain dari periode Late Antiquity, dan menekankan pemahaman Al-Qur’an sesuai dengan konteks. Model pembacaan Neuwirth berusaha menghidupkan kembali historisitas Al-Qur’an, telah mengakibatkan pergeseran dari model pembacaan yang berfokus pada susunan mushaf Utsmani disebabkan oleh pendekatan Neuwirth yang menggunakan kerangka historis tartīb al-nuzūlī, dan menganggap tartīb al-mushāfī sebagai bentuk penyusunan yang terburu-buru dan hasil ijtihad sahabat yang dipengaruhi oleh kondisi politik saat itu. Neuwirth terlalu berfokus pada linguistik dan sejarah hingga mengabaikan aspek spiritual dan pandangan tradisional Islam. Keterlibatan Newuirth yang minim dengan komunitas Islam juga menjadi perhatian, serta dalam menggunakan berbagai disiplin ilmu, hasilnya perlu dikonsistenkan dan divalidasi agar tidak terlalu subjektif.
Copyrights © 2024