The spread of the Covid-19 virus has made policymakers issue restrictions on activities and community interactions. This restriction is carried out in almost every line of community life, including implementing various religious traditions, one of which is the tahlil tradition. In the perspective of humanism, the interaction between individuals in the tahlil tradition is proven to build and foster the value of subsidiarity and solidarity between communities. Amid the pandemic, the community then innovated the tahlil tradition by utilizing internet-based communication technology. However, virtual tahlil tends to erode the values that are the substance of the tahlil tradition itself. This paper tries to analyze the virtual tahlil phenomenon carried out by various elements of society during the pandemic. By using a humanism approach, this paper will describe the phenomenon of virtual tahlil and offer a strategy to maintain the community’s empathy and solidarity, which is the core of this religious tradition that has been preserved for generations. Penyebaran virus Covid-19 membuat pemangku kebijakan mengeluarkan pemberlakuan pembatasan aktivitas dan interaksi masyarakat. Pembatasan ini dilakukan di hampir setiap lini kehidupan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan berbagai tradisi-tradisi keagamaan, salah satunya ialah tradisi tahlil. Dalam perspektif humanisme, interaksi antar individu masyarakat dalam tradisi tahlil terbukti membangun dan menumbuhkan nilai subsidiaritas dan solidaritas antar masyarakat. Di tengah kondisi pandemi tersebut, masyarakat kemudian melakukan inovasi tradisi tahlil dengan memanfaatkan teknologi komunikasi berbasis internet. Namun, tahlil virtual cenderung mengikis nilai-nilai yang menjadi substansi dari tradisi tahlil itu sendiri. Tulisan ini mencoba menganalisa fenomena tahlil virtual yang dilakukan berbagai elemen masyarakat pada masa pandemi. Dengan menggunakan pendekatan humanisme, tulisan ini akan memaparkan fenomena tahlil virtual sekaligus menawarkan strategi untuk tetap merawat rasa empati dan solidaritas masyarakat yang menjadi inti dari tradisi keagamaan yang telah dilestarikan secara turun temurun ini.
Copyrights © 2021