Salah satu ikan yang paling unggul untuk dibudidayakan di Indonesia ialah kerapu. Akan tetapi komoditas ini sering dihadapkan oleh kematian masal yang di akibatkan oleh penyakit vibriosis seperti bakteri V. parahaemolyticus. Telah banyak pemakaian antibakterial yang berasal dari bahan alami yang terus dilakukan pengembangan. Biji pala (Myristica fragrans Hout) ialah tanaman yang masih tradisional dengan kandungan zat antibakterialnya yang banyak. Dilaksanakannya pengujian ini yakni guna mengetahui efektivitas dari ekstrak biji pala (Myristica fragrans Hout) sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan V. parahaemolyticus secara in vitro. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rangcangan acak lengkap non faktorial. Biji pala dilakukan proses ekstraksi dengan pemakaian etanol 96% dan pemanasan rendah dengan metode maserasi. Uji efektivitas ekstrak biji pala pada konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40% terhadap V. parahaemolyticus dengan metode yang digunakan yakni cakram disk. Erythromycin sebagai kontrol positif dan aquades sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukan bahwasanya ekstrak biji pala konsentrasi 40% memiliki zona hambat terhadap V. parahaemolyticus paling tinggi yaitu, 10,8±0,57 mm (P<0,05) dibandingkan dengan ekstrak biji pala pada konsentrasi 5-20% (7,3±0,84, 9,0±0,50, 9,8±0,76 mm). Zona hambat ekstrak biji pala tersebut masih lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan zona hambat dari erythromycin yaitu 19,5±0,5 mm. Namun demikian, ekstrak biji pala memiliki potensi menghambat pertumbuhan V. parahaemolyticus.
Copyrights © 2022