Subjective well-being dijelaskan sebagai istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dialami individu berdasarkan evaluasi subjektif hidup mereka atau penilaian mereka terhadap kehidupan mereka sendiri, subjective well-being mengacu pada fakta bahwa individu yang memiliki subjective well-being yang baik percaya bahwa hidupnya adalah hal yang bermakna, bahagia, dan baik. Memilih menjadi guru pendidikan anak usia dini merupakan suatu keputusan yang tidak mudah. Mengajar termasuk pekerjaan yang beresiko dengan tingkat tekanan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran subjective well-being yang ditinjau dari aspek afektif dan kognitif, dan kontribusi faktor-faktor pembentuk subjective well-being terhadap tingkat subjective well-being pada guru RA Bakti IV Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan menggunakan wawancara semi terstruktur, informan utama dalam penelitian ini adalah guru RA Bakti IV Surakarta yang berjumlah empat orang, informan pendukung dalam penelitian ini adalah pengurus RA Bakti IV Surakarta yang berjumlah satu orang dan orang tua siswa yang berjumlah dua orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru RA Bakti IV Surakarta merasakan subjective well-being yang dominan pada afek positif guru RA Bakti IV Surakarta merasa gembira dan menyukai pekerjaannya, menikmati kehidupannya, merasa nyaman dengan kondisinya saat ini, bangga terhadap pekerjaannya, merasa berguna, bersyukur dan juga semangat. Secara kognitif guru RA Bakti IV merasa puas dengan hidupnya, terjalin hubungan sosial yang baik, mereka merasakan sebagian besar aspek kehidupannya berjalan dengan baik.
Copyrights © 2024