Tahun demi tahun populasi manusia semakin bertambah. Peningkatan populasi manusia tidak diiringi dengan kapasitas sumber daya alam. Kapasitas sumber daya alam, seperi hutan perlahan semakin berkurang. Lahan hutan yang semakin berkurang disebabkan penebangan pohon dan pembukaan lahan di hutan secara besar-besaran. Kerusakan hutan ini menjadi pembahasan yang menarik dalam tema karya sastra. Karya sastra dengan tema lingkungan ini merupakan respons pengarang terhadap kerusakan hutan. Respons manusia terhadap hutan diungkapkan dengan pendekatan ekokritik. Terdapat enam cerpen yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan ekokritik: “Harimau Belang” karya Guntur Alam, “Empana” karya Korrie Layun Rampan, “Kering” karya Wa Ode Wulan Ratna, “Suatu Hari di Perkebunan.” Karya Sori Siregar, “Tebas Tebang” karya Syukri D, “Ongkak” karya Fakhrunnas MA Jabbar. Keenam cerpen ini menekankan pada respons manusia dan hutan. Respons manusia terhadap hutan meliputi tiga poin, yaitu konsep liar rimba, kelas sosial, dan konsekuensi tindakan manusia terhadap hutan. Manusia berinteraksi dengan hutan berdasarkan kebutuhannya untuk bertahan hidup, respons ini berdasarkan acuan ekokritik yang dikemukakan Greg Garrard dalam subbab “Wilderness” atau rimba yang dimuat dalam Ecocritism.
Copyrights © 2022