Quality control adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi proses pengujian sehingga sistem mutu berjalan dengan baik, serta menjamin hasil pemeriksaan Laboratorium yang akurat, meminimalkan penyimpangan dan mengetahui sumber dari penyimpangan. Meningkatnya otomatisasi di bidang klinis laboratorium telah meningkatkan kebutuhan bahan QC untuk pemantauan kinerja laboratorium. Peningkatan mutu laboratorium melibatkan tiga kegiatan yaitu kegiatan Good laboratory practice, pemantapan mutu internal (PMI) dan kegiatan pemantapan mutu eksternal (PME). Kegiatan pemantapan mutu internal (PMI) dibagi menjadi tiga fase: fase pra-analitik, fase analitik, dan fase pasca-analitik. Kesalahan terbesar terjadi pada tahap pra-analitik (60-70%), tahap analitik (10-15%). Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan maka dilakukan suatu alat manajemen mutu yang umum digunakan yaitu Six Sigma. Penerapan Six Sigma dalam pemantapan mutu internal dapat menggambarkan penyimpangan dalam setiap proses dan menunjukan seberapa sering terjadi kecacatan yang mungkin terjadi. Permasalahan yang dihadapi petugas laboratorium adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pengaplikasian penggunan six sigma untuk pemantapan mutu internal dilaboratorium, sebagai upaya dalam menjawab permasalahan yang dihadapi petugas laboratorium berkaitan dengan hal ini maka perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi melalui media poster, dan mendemonstrasikannya di akhir kegiatan. dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pada petugas laboratorium mengenai pengaplikasian penggunaan six sigma sebagai wujud dari peningkatan kontrol kualitas di laboratorium untuk menganalisis kontrol kualitas yang dilakukan di laboratorium agar terjamin mutu dan keselamatan pasien. Media yang digunakan pada pengabdian Masyarakat ini adalah edukasi sosialisasi yang dimulai dengan Pre test, melalui media poster, dan post test di akhir kegiatan.
Copyrights © 2024