Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

TINJAUAN YURIDIS HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA BASTIAN, BASTIAN
Legal Opinion Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Legal Opinion

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengatur antara lain tugas dan wewenang masing-masing penegak hukum didalam pemeriksaan perkara tindak pidana. Tugas penyidikan dilakukan oleh pihak Kepolisian sedangkan tugas penuntutan terhadap pelaku tindak pidana dilakukan oleh pihak Kejaksaan. Walaupun tugas kepolisian dan kejaksaan berbeda dan terpisah satu denga yang lainnya, tetapi diantara mereka tetap ada hubungan yang bersifat fungsional. Hal ini diseabkan pemeriksaan tindak pidana itu berproses yang dimulai dari penyidikan, penuntutan dan berakhir degan pemeriksaan di pengadilan. Penyidik dilakukan oleh kepolisian demi untuk kepentigan penuntutan atau dengan kata lain penuntutan tidak bisa dilakukan kalau tidak ada hasil penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian. Hubungan fungsional antara penyidik dengan penuntut umum dapat diketahui dengan adanya ketentuan yang diatur dalam pasal 109 dan 110 KUHAP. Pasal 109 KUHAP mengatur tentang penyidik yang telah memulai penyidikannya memberitahukan hal tersebut kpada penuntut umum. Kalaupun penyidik menghentikan penyidikaanya maka hal itu juga diberitahukan kepada penuntut umum. Pasal 110 KUHAP mengatur yaitu dalam hal penyidikan telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Dalam hal penutut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan belum lenkap, maka penuntut umum segerah mengembalikan berkas tersebut kepada penyidik disertai petunjuk untuk di lengkap Kata Kunci : Penyidik, Penuntut Umum, Perkara Pidana.
PENILAIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PESISIR PANTAI ARUNG BUAYA DESA MELIAH KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA Bastian, Bastian; Erianto, Erianto; Siahaan, Sarma
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 9, No 1 (2021): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v9i1.45860

Abstract

This research examines the appraisal of the attractiveness of the coastal tourist attraction of Arung Buaya, Meliah Village, Subi District, Natuna Regency, Riau Islands Province. This research was conducted in Meliah Village, Subi District, Natuna Regency using a survey method. Direct field data collection through interviews with questionnaire that given to visitors as respondents who were determined accidentally (accidental sampling). This research was conducted using the guidelines of the Director General of Forest Protection and Nature Conservation (ODTWA PHKA) in 2003 which includes 6 assessment criteria: natural beauty, beach safety / security, color of sand, variety of activities, beach cleanliness and comfort. The purpose of this study is to get value from the attractiveness of the coastal tourist attraction of Arung Buaya. The location of the tourist attraction to the center of the settlement is 3.3 km and takes 15-20 minutes to Arung Buaya Beach. The coastal area of Arung Buaya, Meliah Village, Subi District, Natuna Regency, received a score of 887.7 Category A Potential to be developed as a tourist attraction.Keywords: Assessment of Arung Buaya beach, meliah village, subi subditrict. AbstrakPenelitian ini mengkaji penilaian daya tarik objek wisata pantai Arung Buaya, Desa Meliah, Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini dilakukan di Desa Meliah, Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna dengan menggunakan metode survei. Pengumpulan data lapangan langsung melalui wawancara dengan kuesioner yang diberikan kepada pengunjung sebagai responden yang ditentukan secara tidak sengaja (accidental sampling). Penelitian ini dilakukan berdasarkan pedoman Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (ODTWA PHKA) tahun 2003 yang mencakup 6 kriteria penilaian yaitu keindahan alam, keselamatan/keamanan pantai, warna pasir, ragam kegiatan, kebersihan pantai dan kenyamanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai dari daya tarik objek wisata pesisir Arung Buaya. Jarak lokasi objek wisata ke pusat pemukiman adalah 3,3 km dan memakan waktu 15-20 menit untuk menuju Pantai Arung Buaya. Kawasan pesisir Arung Buaya, Desa Meliah, Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, mendapatkan nilai 887,7 Kategori A yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata.Kata Kunci : Arung buaya, Desa Meliah, Kecamatan Subi, Pantai, Penilaian Objek Wisata,  
Analysis of C-Reactive Protein (CRP) Levels in Venous and Capillary Blood Samples with Immunoturbidimetric Methods: Analisa Kadar C-Reactive Protein (CRP) Pada Sampel Darah Vena Dan Darah Kapiler Dengan Metode Imunoturbidimetri Bastian, Bastian; Sari, Indah; Pratama, Feronica Putri
Medicra (Journal of Medical Laboratory Science/Technology) Vol. 5 No. 1 (2022): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/medicra.v5i1.1622

Abstract

Inflammation or inflammation occurs due to bacterial infection, detection of inflammatory infection can be done by laboratory tests. An examination that can help diagnose and detect abnormalities in the body. One of the parameters for examining inflammation markers is C-Reactive Protein (CRP). CRP examination usually uses venous blood because venous blood is more often used in laboratory examinations. The purpose of this study was to determine differences in CRP levels in venous and capillary blood. This study uses a posttest only design research. Samples were taken from DIV Technology Medical Laboratory IkesT Muhammadiyah Palembang students with total sampling technique. The research was carried out at the Hematology Laboratory of IKesT Muhammadiyah Palembang on December 21, 2021. Based on the results of research that has been carried out on the analysis of C_Reactive Protein levels in venous blood and capillary blood samples using the immunoturbidemteri method, the results showed that the average CRP level of venous blood was 9.6 and average the average capillary blood CRP level was 8.33. Thus it can be concluded that there is no significant difference in the examination of CRP levels in venous and capillary blood.
Edukasi Pemantapan Mutu Internal Tahap Pra-Analitik Pada Pemeriksaan Glukosa di Puskesmas Talang Pangeran Ogan Ilir Bastian, Bastian; Ulva, Maria
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 5 (2023): September 2023 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59395/altifani.v3i5.476

Abstract

Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi dan mengurangi kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Salah satunya pada laboratorium Patologi Klinik yang paling banyak dilakukan yaitu pemeriksaan glukosa darah. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Permasalahan yang dihadapi petugas laboratorium Puskesmas Talang Pangeran Ogan Ilir adalah kurangnya pemahaman mengenai pemantapan mutu internal pada Pemeriksaan Glukosa. Sebagai upaya dalam menjawab permasalahan yang dihadapi petugas Puskemas Talang Pangeran Ogan Ilir, maka perlu dilakukan metode sosialisasi dan edukasi melalui media poster dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pada petugas mengenai pentingnya Pemantapan Mutu Internal Pada Pemeriksaan Glukosa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa petugas laboratorium Puskesmas Talang Pangeran Ogan Ilir telah memahami tentang pemantapan mutu internal tahap pra-analitik pada pemeriksaan glukosa darah.
PEMANFAATAN ARANG BIJI TERUNG BELANDA SEBAGAI PEWARNAAN ALTERNATIF KAPSUL BAKTERI Bastian, Bastian; Veronneca, Rossa; Apriani, Devi; Natalia, Anggie
Klinikal Sains : Jurnal Analis Kesehatan Vol 12 No 1 (2024): Juni
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/klinikal_sains.v12i1.4040

Abstract

Pewarnaan kapsul merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui suatu bakteri memilik kapsul pada tubuhnya. Kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat diluar dinding sel. Teknik kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan arang biji terung belanda dapat dimanfaatkan sebagai reagensia alternatif pewarnaan kapsul. Penelitian ini meliputi pengumpulan terung belanda, penghangusan biji terung belanda sehingga menjadi arang, penghalusan arang biji terung belanda, pembuatan media MCA, inokulasi bakteri Klebsiella pneumonia pada media, pembuatan larutan pewarna dari arang biji terung belanda dengan tambahan NaOH 4N, pengamatan kapsul bakteri secara mikroskopis. Kualitas pewarnaan kapsul dari arang biji terung belanda 62,5% dan tinta nigrosin / tinta india 75%. Hasil penelitian menunjukan perbandingan antara pewarna arang biji terung belanda dengan tinta nigrosin / tinta india sebagai pembanding hanya 12,5 sehingga pewarna alternatif arang biji terung belanda dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pewarna pewarna kapsul.
The Influence of Training and Discipline on Employee Performance is Governed by Work Competence at the Job Training Center and Productivity Jambi Province Bastian, Bastian; Syekh, Saiyid; Zahari, M.
Dinasti International Journal of Education Management And Social Science Vol. 6 No. 2 (2025): Dinasti International Journal of Education Management And Social Science (Decem
Publisher : Dinasti Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/dijemss.v6i2.3351

Abstract

This study aims to analyze the influence of Training and Discipline on Employee Performance mediated by Work Competencies at the Job Training and Productivity Center (BLKP) of Jambi Province. This study uses a descriptive and verifiable approach, focusing on 60 BLKP employees as the object of research. The analysis was carried out using the Partial Least Squares (PLS) method. From the results of the questionnaire, it was obtained that the training was considered effective with a total score of 2624. Employee discipline at BLKP Jambi is also relatively high, with a score of 1754. Employee Work Competencies showed a high score with a score of 2213, and Employee Performance was also included in the high category with a score of 2622. The results of the study show that Education and Training have a positive and significant effect on Work Competence, and Discipline also has a positive and significant influence on Work Competence. In addition, Training and Discipline each have a positive and significant effect on Employee Performance. Work Competencies also have a positive and significant influence on Employee Performance. Furthermore, the results of the analysis show that Work Competency significantly mediates the influence of Training and Discipline on Employee Performance in BLKP Jambi Province.
Edukasi Pemantapan Mutu Internal Tahap Pra-Analitik Pemeriksaan Hematologi Di RSU Bunda Palembang Bastian, Bastian; Amelia, Amelia; Natalia, Anggie
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2025): Maret 2025 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59395/altifani.v5i2.669

Abstract

Laboratorium adalah sarana kesehatan yang melakukan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap sampel yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab adanya penyakit tersebut. Laboratorium yang menjadi tempat pengujian harus memiliki pemantapan mutu yang baik. Tahap Pra-analitik meliputi seluruh proses yang terjadi sebelum sampel dimasukkan kedalam autoanalyzer, seperti permintaan informasi, respon pasien, penerimaan spesimen, pemberian identitas spesimen, serta penyimpanan dan pengolahan specimen. Pemantapan mutu internal yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan laboratorium seringkali menghadapi permasalahan baik yang bersifat laboratorik maupun yang tidak bersifat non-laboratorik. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu sosialisasi dan edukasi melalui media poster, dan mendemonstrasikannya di akhir kegiatan. Hasil yang didapatkan nilai postest setelah dilakukan edukasi kepada peserta petugas Laboratorium RSU Bunda Palembang dengan nilai rata-rata post test 85,83 yang dimana sebelum dilakukan edukasi nilai rata-rata pretest 45,75. Kesimpulan dalam kegiatan adanya peningkatan pengetahuan petugas laboratorium terhadap Pemantapan Mutu Internal Tahap Pra-Analitik Pemeriksaan Hematologi.
Gambaran Tingkat Kecemasan pada Lansia di Posyandu Pussui Kabupaten Polewali Mandar Abdul Latif; Bastian, Bastian
STIKes BBM Mengabdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2024): STIKES BBM Mengabdi
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Bangsa Majene

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56467/bbm.v2i1.202

Abstract

Latar belakang: Seiring dengan bertambahnya jumlah orang tua, permasalahan yang mereka hadapi pun semakin bertambah. Apalagi ketika dihadapkan pada tingkat kecemasan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu yang mencerminkan kemajuan di tahun-tahun mendatang. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan dalam bereaksi terhadap masalah dan memikirkan masalah yang muncul dalam keluarga. Kebanyakan orang lanjut usia mengalami stres seiring bertambahnya usia. Orang lanjut usia mengalami peningkatan tingkat stres yang disebabkan oleh berbagai faktor. Sama seperti variabel eksternal yang membahayakan kejujuran alami kita dan membahayakan gagasan kita sendiri. Ada juga faktor internal seperti usia, tingkat pendidikan dan situasi keuangan. Kekhawatiran akan usia tua adalah hal yang paling sering kita rasakan dalam situasi saat ini. Frekuensi stres di Indonesia berkisar antara 9 hingga 12% dari total penduduk dan antara 17 hingga 27% seperti yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan masyarakat. Mayoritas masyarakat Indonesia masih bersikap acuh tak acuh dan meyakini bahwa masalah kecemasan bukanlah masalah yang perlu diselesaikan. Mayoritas lansia yang tinggal di panti jompo menderita gangguan jiwa hingga 75% (Adelia dan Supratman, 2023). Stres digambarkan sebagai perasaan takut dan cemas yang tidak menyenangkan terhadap apa yang akan terjadi, seringkali disebabkan oleh perasaan dari ketidakpastian dan ambiguitas. penyebab umum dan sering disertai dengan efek samping fisiologis. Stres merupakan efek samping yang umum terjadi pada manusia, namun bisa menghantui jika efek sampingnya sering terjadi. Menurut informasi yang diberikan oleh Badan Energi Republik Indonesia pada tahun 2007, 35% lansia menderita gangguan kecemasan yang menyebabkan kurang tidur. Meskipun penyebab spesifik dari masalah mental pada lansia sebagian besar masih belum diketahui dengan pasti, para peneliti telah menemukan berbagai faktor yang dapat memperluas masalah ini. Lalu ada faktor risiko depresi, masalah kecemasan, skizofrenia, dan masalah bipolar. Dahulu, korban pelecehan seksual atau kekerasan fisik mengalami trauma psikologis yang menyebabkan depresi dan gangguan kecemasan.
Edukasi Calon Pengantin Menuju Rumah Tangga Sehat Kelurahan Totoli Kabupaten Majene Rahmat, Rahmat; Bastian, Bastian; Fahrul, Fahrul
STIKes BBM Mengabdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024): STIKES BBM Mengabdi
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Bangsa Majene

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56467/bbm.v2i2.327

Abstract

Pendahuluan Perkawinan dalam istilah agama disebut nikah, yang memiliki arti melakukan akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan keridhaan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah. Perkawinan menjadi salah satu siklus yang dialami manusia disamping siklus kehidupan lainnnya, yaitu kelahiran dan kematian. Perkawinan dalam Islam merupakan peristiwa penting dan lahirnya generasi penerus yang dapat melangsungkan keturunan umat manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. (Soemiyati, 2009; Hasanuddin, 2011). Calon pengantin merupakan pasangan yang terdiri dari perempuan usia 20-25 tahun dan bagi laki-laki usia 25-30 tahun. Batasan umur ini bertujuan untuk melindungi kesehatan calon pengantin. Banyak calon pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi tentang kesiapan pranikah terutama persiapan fisik, mental, social dan ekonomi sehingga menyebabkan pasangan mengalami kegagalan dalam mempertahankan pernikahan (Muchtar et al., 2020). Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang masih dalam usia muda. Pernikahan dini menjadi salah satu penyumbang angka kematian ibu dan anak (Puspasari & Pawitaningtyas, 2020). Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah diskusi dan ceramah. Kegiatan inisiasi kelas calon pengantin ini diperuntukan bagi para remaja laki- laki dan perempuan. Peserta yang terlibat aktif dalam kegiatan ini sebanyak 40 remaja putra putri yang mewakili masing-masing RW. Sebelum mengikuti kelas calon pengantin, hanya 35% peserta merasa memiliki gambaran mengenai hal yang perlu dipersiapkan sebelum menikah. Setelah mengikuti kegiatan ini sebanyak 97% peserta sudah memiliki gambaran dan pemahaman tentang pernikahan. Hasil pelaksanaan penerapan kelas calon pengantin ini adalah mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan gambaran keterampilanpara calon pengantin. Simpulan Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang masih dalam usia muda. Pernikahan dini menjadi salah satu penyumbang angka kematian ibu dan anak
Enhancing Public Service Quality through Strategic Management at the Public Service Mall Syah, Syahiruddin; Bastian, Bastian; Baharuddin, Aris
PINISI Discretion Review Volume 8, Issue 2, March 2025
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pdr.v8i2.74006

Abstract

Efforts to improve public service are crucial for enhancing welfare, with one of the main focuses being in the field of public services. The Luwu Regency Government plays an important role in the delivery of these public services. This study aims to analyze the strategies for improving the quality of public services at the Public Service Mall (MPP) of Luwu Regency, with the hope of providing encouragement for the local government to continue improving the quality of services provided. This research uses a descriptive qualitative approach, with data collected through interviews, observations, and documentation. The data obtained are then analyzed and contextualized with applicable standards in accordance with relevant literature studies. This research is located at the Investment and One-Stop Integrated Service Office, which is responsible for the operations of the MPP of Luwu Regency. The research findings indicate that there are five key aspects in the strategy to improve public service quality at the MPP of Luwu Regency. These five aspects are the core strategy, consequence strategy, customer strategy, monitoring strategy, and cultural strategy. The core strategy focuses on improving employee performance and providing adequate facilities and infrastructure. The consequence strategy emphasizes accountability and transparency through the implementation of e-government and community feedback mechanisms. The customer strategy aims to ensure excellent service by guaranteeing quality that meets public expectations. The monitoring strategy uses the Community Satisfaction Index (IKM) as the basis for evaluating and improving services. Finally, the cultural strategy emphasizes the adjustment of values and ethics in public service to align with the community's environmental conditions.