Tanaman buncis berdasarkan data produksi tahun 2018-2020 diketahui mengalami kenaikan dan penurunan. Faktor eksternal yang mempengaruhi produksi berasal lingkungan seperti kesuburan tanah yang menurun sehingga kebutuhan tanaman tidak terpenuhi dan tumbuhnya gulma disekitar tanaman budidaya yang mengakibatkan penurunan produksi dikarenakan adanya persaingan unsur hara, air, dan penerimaan cahaya matahari serta ruang lingkup untuk tumbuh. Penelitian dilakukan dengan tujuan mempelajari jenis pupuk dan frekuensi penyiangan gulma yang baik untuk menghasilkan bobot kacang buncis paling optimal dan mempejalari jenis gulma yang mendominansi tanaman buncis tegak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2021 berlokasi lahan penelitian Jatimulyo, Kecamatan Lowakwaru, Kabupaten Malang menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis pupuk ( P1 = Pupuk Anorganik, P2 = Pupuk Organik, P3 = Pupuk Organik + Anorganik) dan frekuensi penyiangan gulma ( G0 = Tanpa Penyiangan, G1 = Penyiangan 14, 28 HST, G2 = Penyiangan 14, 21, 28 HST) Berdasarkan kedua faktor yaitu jenis pupuk dan frekuensi penyiangan gulma maka diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 9 dengan 3 pengulangan maka hasil keseluruhan diperoleh 27 petak percobaan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pupuk organik dan anorganik dengan frekuensi penyiangan sebanyak 3x pada umur 14, 21 dan 28 HST memiliki berat kering tanaman dan bobot panen lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penggunaan pupuk organik dengan tanpa penyiangan. Pada pengamatan SDR sebelum tanam didominansi oleh jenis gulma yaitu Ageratum conyzoides (35,67%) dan Ludwigia octovalvis (23,63%) sedangkan setelah dilakukan penanaman dominansi digantikan oleh Eleusine indica dengan rata-rata SDR keseluruhan perlakuan menjadi 24,13%.
Copyrights © 2022