Radikalisme menjadi ancaman serius yang mengganggu stabilitas sosial dan keamanan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dalam konteks ini, perempuan sering kali dijadikan target rekrutmen oleh kelompok radikal, yang mengeksploitasi kerentanan mereka akibat kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan trauma psikologis. Peran perempuan dalam mencegah radikalisasi melalui pendidikan keluarga menjadi sangat penting. Pendidikan keluarga yang berlandaskan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan penghormatan terhadap perbedaan dapat menurunkan risiko keterlibatan generasi muda dalam radikalisme. Komunikasi terbuka dan pengawasan orang tua dalam penggunaan media oleh anak-anak turut menjadi strategi penting untuk melindungi mereka dari pengaruh ideologi ekstremis. Pendekatan berbasis nilai-nilai lokal dan tradisi agama mampu menciptakan karakter anak yang toleran dan inklusif. Melalui pendidikan keluarga yang proaktif, perempuan dapat berperan sebagai agen preventif yang efektif dalam membangun masyarakat yang lebih damai dan menghargai keberagaman.
Copyrights © 2024