Abstract: This research aims to assess the distribution of character integrity through an axiological approach, and determine the character integrity of high school level students. This research uses an unbalanced combination research method (concurrent embed) with a qualitative approach as the primary method and a quantitative approach as the secondary method. The qualitative approach is conducted using a case study method focused on corruption, while the quantitative approach is used to measure students' integrity scores. This research was conducted at SMAN 1 Sleman, SMAN 2 Bantul, and SMAN 6 Yogyakarta. The subjects of this research include the Deputy Principal for Student Affairs, Deputy Principal for Curriculum, Civics Teachers, and students. The sample in this study was 375 students. Qualitative data collection techniques use observation, interviews and documentation. Quantitative data collection techniques use questionnaires. The research results show that: (1) Strengthening the integrity character of students through an axiological approach carried out curricularly and extracurricularly. Curricularly this is done through Civics subjects and extracurricularly it is done through extracurricular activities by getting students accustomed to practicing the values of integrity in every activity. (2) Students have a character of integrity that is classified as very good. Student integrity score/value ≥ .1SBx. From this research, the axiological approach in strengthening anti-corruption values has a significant contribution to achieving a high level of integrity among students, equipping them with a strong understanding of integrity to prevent corruption in the future. Moving forward, this anti-corruption education model can not only be applied in DIY but is also expected to be adaptable in other regions with local context adjustments.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menilai penguatan karakter integritas melalui pendekatan aksiologi, dan mengetahui karakter integritas peserta didik tingkat SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi tidak berimbang (concurrent embed) yaitu pendekatan kualitatif sebagai metode primer dan pendekatan kuantitatif sebagai metode sekunder. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode studi kasus yaitu korupsi, sementara pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengukur skor/nilai integritas siswa. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sleman, SMAN 2 Bantul, dan SMAN 6 Yogyakarta. Subjek penelitian ini meliputi Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Guru PPKn, dan siswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 375 siswa. Teknik pengumpulan data kualitatif menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data kuantitatif menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penguatan karakter integritas peserta didik melalui pendekatan aksiologi dilakukan secara kurikuler dan ekstrakurikuler. Secara kurikuler dilakukan melalui mata pelajaran PPKn dan secara ekstrakurikuler dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dengan membiasakan peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai integritas pada setiap aktivitasnya. (2) Peserta didik memiliki karakter integritas yang tergolong sangat baik. Skor/nilai integritas siswa ≥ .1SBx. Dari penelitian ini, pendekatan aksiologis dalam penguatan nilai-nilai antikorupsi memiliki kontribusi signifikan terhadap pencapaian tingkat integritas yang tinggi di kalangan siswa di mana siswa dibekali pemahaman yang kuat tentang integritas untuk mencegah tindakan korupsi di masa depan. Ke depan, model pendidikan antikorupsi ini tidak hanya dapat diterapkan di DIY, tetapi diharapkan juga di daerah lain dengan penyesuaian konteks lokal masing-masing.
Copyrights © 2024