Abstract: In the digital era, generation Z faces challenges in preserving Javanese cultural heritage. This is a descriptive-qualitative research. This study aims to analyze the relevance of Serat Mahayana in the digital era and efforts to maintain the cultural identity of generation Z. Data taken from the results of a philological study of the Serat Mahayana. Data were analyzed using content analysis techniques with a objective approach and John Turner and Henry Tajfel’s social identity theory. Literature studies were used to trace various sources relevant to the Serat Mahayana study. The analysis results were reduced to obtain generalizations of content based on the research objectives. A qualitative descriptive model was used to present the results of the analysis. The results of the study show that Buddhist teachings that are acculturated with Javanese society create a cultural identity. Serat Mahayana as a traditional Javanese literary work containing Buddhist teachings such as restraining lust/panca driya, waskitha, sesrawungan, sumanak, ngaji-aji and narima are very relevant to facing challenges in the digital era. Serat Mahayana can be adapted and disseminated through digital media such as social media, blogs, or video content as a bridge between cultural identity and modernity.Abstrak: Dalam era digital, generasi Z menghadapi tantangan dalam menjaga keterikatan dengan warisan budaya Jawa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi Serat Mahayana dalam era digital dan upaya pemertahanan identitas kultural generasi Z. Data diambil dari hasil kajian filologis Serat Mahayana. Data dianalisis menggunakan teknik analisis isi dengan pendekatan objektif, menggunakan teori identitas sosial dari John Turner dan Henry Tajfel. Proses analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sesuai model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Studi pustaka digunakan untuk menelusuri berbagai sumber yang relevan dengan kajian Serat Mahayana. Hasil analisis dilakukan reduksi data untuk mendapatkan generalisasi kandungan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Model deskriptif kualitatif dilakukan untuk menyajikan hasil analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran Buddha yang berakulturasi dengan masyarakat Jawa menciptakan identitas kultural. Serat Mahayana sebagai karya sastra tradisional Jawa yang mengandung ajaran Buddha seperti menahan hawa nafsu/panca driya, waskitha, sesrawungan, sumanak, ngaji-aji dan narima sangat relevan digunakan untuk menghadapi tantangan di era digital. Serat Mahayana dapat diadaptasi dan disebarluaskan melalui media digital seperti media sosial, blog ataupun konten video sebagai jembatan antara identitas kultural dengan modernitas.
Copyrights © 2024