Kelompok yang terpinggirkan sering kehilangan suara autentik dalam struktur kekuasaan dominan. Isu ini relevan dalam memahami representasi, kekuasaan, dan ketimpangan dalam berbagai konteks sosial, politik, dan budaya. Artikel ini berupaya untuk mengeksplorasi kompleksitas representasi dan identitas tokoh Ester melalui perspektif subaltern dan teologi pembebasan. Secara kritis meneliti pertanyaan yang diajukan oleh Gayatri Chakravorty Spivak, “Dapatkan subaltern berbicara?” dengan menganalisis identitas ganda Ester sebagai subaltern dan non-subaltern. Menggunakan analisis tekstual, penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana narasi tentang Ester menantang gagasan tradisional tentang kekuasaan, agensi, dan representasi. Hasil analisis menemukan bahwa suara Ester hanya dapat didengar ketika posisi Ester selaras secara status sosial dengan struktur otoritas yang dominan dalam konteks sosial-politik dalam pemerintahan.
Copyrights © 2024