Pulau Onrust di Kepulauan Seribu memiliki sejarah panjang yang merefleksikan perubahan fungsi dalam berbagai periode pemerintahan kolonial Belanda. Pada awal abad ke-20, pulau ini berfungsi sebagai tempat karantina bagi jemaah haji untuk mencegah penyebaran penyakit menular, seperti kolera, yang dibawa dari Timur Tengah. Selain alasan kesehatan, kebijakan pembatasan ini juga digunakan sebagai alat kontrol sosial dan politik terhadap umat Islam, yang mencerminkan kepentingan kolonial dalam menjaga stabilitas kekuasaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis evolusi fungsi Pulau Onrust, mulai dari isolasi sebagai fasilitas karantina kesehatan hingga menjadi kamp tahanan politik pada tahun 1930-an, ketika fokus kolonial beralih dari pengawasan kesehatan ke penindakan terhadap aktivisme pergerakan kemandirian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis, dengan menggali sumber-sumber arsip kolonial, dokumen sejarah, dan literatur yang relevan untuk memahami konteks perubahan fungsi pulau tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan peran Pulau Onrust mencerminkan dinamika kebijakan kolonial yang beradaptasi dengan tantangan sosial, politik, dan kesehatan pada masanya. Di era modern, Pulau Onrust telah menjadi situs warisan budaya yang penting, memicu perbincangan tentang pengelolaan sejarah kolonial di Indonesia. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap studi kolonial dan sejarah Indonesia dengan menawarkan perspektif baru mengenai strategi pengawasan dan pengendalian kolonial, serta warisan sejarahnya yang masih relevan dalam konteks modern.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024