Pada masa kolonialisme di Indonesia, hegemoni politik hanya menguntungkan para penguasa. Masyarakat pribumi banyak mengalami penindasan dan diskriminasi. Meski pada abad ke-20 haluan politik tersebut sempat berubah, akan tetapi diskriminatif masih menjadi pokok permasalahan utama. Kesadaran nasional mulai muncul di kalangan tokoh-tokoh pribumi, salah satunya Mas Marco Kartodikromo. Mas Marco menyuarakan gagasan tentang perlunya reformasi kesetaraan lewat kumpulan puisi Sair Rempah-Rempah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna yang terkandung dalam kumpulan puisi Sair Rempah-Rempah, terutama terkait tema-tema kesetaraan, kebangsaan, dan kesadaran nasional. Pendekatan kualitatif dengan metode deskripsi heuristik dan hermeneutik dilakukan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam kumpulan puisi Sair Rempah-Rempah. Sumber data penelitian ini yaitu, kumpulan puisi Sair Rempah-Rempah karya Mas Marco Kartodikromo terbitan Sinar Djawa tahun 1918 (data utama), dan sempalan-sempalan teks kontekstual yang terdapat pada artikel, jurnal, biografi mengenai Mas Marco (data kedua). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara; mengamati, membaca, dan mencatat. Sedangkan analisis data dilakukan dengan aktifitas reduksi data, penyajian, dan menyematkan data. Kumpulan puisi Sair Rempah Rempah mengandung makna kesetaraan, kebangsaan, dan perlawaan terhadap ketidakadilan. Selain itu, terdapat kesadaran nasional serta kebangsaan yang disuarakan oleh Mas Marco Kartodikromo. Kumpulan puisi Sair Rempah Rempah mengandung makna kesetaraan, kebangsaan, dan perlawaan terhadap ketidakadilan. Diksi yang lugas dan cenderung frontal, dipilih Mas Marco agar rakyat pribumi mudah memahami. Lewat tulisannya Mas Marco ingin memberi kesadaran nasional dan kebangsaan kepada rakyat pribumi.
Copyrights © 2024