Drought in agricultural lands in Jumput Village, Sukosewu District, Bojonegoro Regency, often occurs due to the lack of sufficient water sources, leading to crop failure. Green energy is now becoming a promising solution to address challenges in agriculture, energy, and the environment. One innovation introduced is an automatic plant watering system powered by solar panels and equipped with soil moisture sensors. To address these issues, a Community Service Program (PKM) was conducted. The PKM method involved several stages, starting with the socialization of the automatic watering technology. Next, technical training was carried out, involving both theoretical and practical sessions where farmers learned to operate the equipment. The evaluation method used pre-test and post-test questionnaires to measure the participants' improvements in knowledge, skills, and confidence. The evaluation results showed significant improvements, with a T-test statistic of 2.33 (p = 0.044) for knowledge and confidence and 4.71 (p = 0.0011) for skills and satisfaction. Participants expressed hope for similar training in the future. Ongoing training and technical support are recommended to ensure effective technology implementation and to increase agricultural productivity in the area. ==================================================== Kekeringan lahan pertanian di Desa Jumput, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro sering terjadi karena tidak adanya sumber air yang cukup memadai. Dampak kekeringan yang terjadi adalah gagal panen. Energi hijau kini menjadi solusi menjanjikan untuk menghadapi tantangan pertanian, energi, dan lingkungan. Salah satu inovasi yang dikenalkan adalah alat penyiram tanaman otomatis berbasis solar panel dan dilengkapi sensor kelembaban tanah. Untuk menjawab beberapa permasalahan terjadi, di lakukan program pengabdian Masyarakat (PKM). Metode PKM dilakukan dengan beberapa tahapan, pertama adalah sosialisasi mengenai teknologi alat penyiram otomatis. Selanjutnya, dilakukan pelatihan teknis yang melibatkan teori dan praktik langsung, di mana petani belajar mengoperasikan alat tersebut. Metode evaluasi dilakukan dengan kuisioner pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri peserta. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan, dengan uji T-statistik sebesar 2.33 (p = 0.044) untuk pengetahuan dan kepercayaan diri, serta 4.71 (p = 0.0011) untuk keterampilan dan kepuasan. Peserta mengungkapkan harapan agar pelatihan serupa diadakan di masa depan. Disarankan pelatihan berkelanjutan dan pendampingan teknis untuk mendukung implementasi teknologi yang efektif, guna meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut.
Copyrights © 2024