<![CDATA[Perkembangan Internet dan telepon seluler telah menyebabkan transformasi besar pada kebiasaan dan preferensi konsumen, terutama sebagai alat pembayaran (e-money) salah satunya QRIS (Quick Response Indonesian Standard). Pada tahun agustus 2023 menurut Bank Indonesia (BI) nilai transaksi belanja pakai e-money di Indonesia sudah meningkat lebih dari 880% dalam lima tahun dan BI memutuskan kembali menaikkan batas maksimal transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi Rp20 juta per transaksi yang tentu akan memudahkan untuk transaksi pembelian dengan harga tinggi. Sumatera Barat menurut data BPS tahun 2022 berjumlah 4.247.624 orang sedangkan menurut BI jumlah mengguna QRIS di Sumatera Barat tahun 2023 berjumlah 676.000 orang. Masih banyak masyarakat di Sumatera Barat yang belum menggunakan QRIS atau tidak ingin menggunakan QRIS kembali sebagai alat pemabayaran terutama pada produk dengan harga tinggi. Beberapa faktor yang mendasari pemikiran tidak ingin menggunakan QRIS, diantaranya ketidakpercayaan dengan sistem, merasa sulit menggunakan aplikasi, takut data pribadi akan tersebar, dan lainnya. Hal ini tentu akan berpengaruh dengan keinginan seseorang dalam berbelanja menggunakan uang elektronik terutama pada produk harga tinggi, dan pasti akan bertolak belakang dengan program pemerintah tentang uang elektronik Penelitian ini membahas mengenai Pengaruh QRIS (Quick Response Indonesian Standard) Sebagai Metode Pembayaran Konsumen Pada High Price Products Terhadap Keputusan Penggunaan, Studi Kasus : Kota Padang. Sampel penelitian ini berjumlah 100 orang konsumen yang mengetahui tentang pembayaran dengan QRIS, dan pernah menggunakan QRIS dalam sebuah transaksi. Desain penelitian yang digunakan adalah quantitative method. Diperoleh hubungan antara perceived usefulness, perceived ease of use, privacy security dengan QRIS used yang dilakukan oleh konsumen di kota Padang.]]>
Copyrights © 2024
