This article is based on seven short story titles published in Kompas in 2021 with the limitations of culinary narratives in the stories. The relationship between literature and culinary emphasizes the position of traditional culinary as a cultural trace passed down from generation to generation. Therefore, it is important to study the culinary narratives contained in Indonesian short stories. This article attempts to present a representation of Indonesian culinary delights in short stories published in Kompas in 2021. To answer this problem, Stuart Hall's (1997) representation theory and the reflection representation approach are used. A total of seven short stories studied in this article are entitled "Lelaki yang Menabur Rempah", "Rahasia Bubur Pedas", "Masakan Ibu dan Bumbu-Bumbu di Halaman Rumah", "Kematian Seorang Pelukis", “Lebaran Haji Neknang”, "Sihir Keluarga", “Tanah Warisan Leluhur”. A total of seven short stories show regional culinary diversity as a wealth of gastronomic knowledge and regional identity that is maintained and passed down from generation to generation. The regional culinary richness is indicated by the availability and diversity of Indonesian spices so that they can accommodate culinary expressions. Regional culinary diversity has a collective meaning in the social sphere. Gastrocritical studies place culinary positions in short stories published in Kompas in 2021 as part of a culture that is still being passed down and has complete complexity in interpreting food.Tulisan ini berpijak pada tujuh judul cerpen yang terbit di Kompas tahun 2021 dengan batasan narasi kuliner dalam cerita sehingga dapat menyajikan representasi kuliner Nusantara dalam cerpen. Hubungan antara sastra dengan kuliner menegaskan kedudukan kuliner tradisional sebagai jejak kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun. Oleh karena itu, penting melakukan kajian terhadap narasi kuliner yang terdapat dalam cerpen Indonesia. Tulisan ini berusaha menyajikan representasi kuliner Nusantara dalam cerpen yang terbit di Kompas tahun 2021. Sejumlah tujuh cerpen dalam kajian ini, yaitu: (1) “Lelaki yang Menabur Rempah” karya Ramayda Akmal; (2) “Rahasia Bubur Pedas” karya T Agus Khaidir; (3) “Masakan Ibu dan Bumbu-Bumbu di Halaman Rumah” karya Rizqi Turama; (4) “Kematian Seorang Pelukis” karya Budi Darma; (5) “Lebaran Haji Neknang” karya Benny Arnas; (6) “Sihir Keluarga” karya Risda Nur Widia; dan (7) “Tanah Warisan Leluhur” karya Fanny J. Poyk. Sejumlah tujuh cerpen menunjukkan keragaman kuliner daerah sebagai kekayaan pengetahuan gastronomi dan identitas daerah yang dipertahankan dan diwariskan secara turun-temurun. Kekayaan kuliner daerah diindikasikan karena ketersediaan dan keragaman rempah Nusantara sehingga dapat menampung ekspresi kuliner. Keragaman kuliner daerah memiliki makna kolektif dalam lingkup sosial. Studi gastrokritik menempatkan kedudukan kuliner dalam cerpen yang terbit di Kompas tahun 2021 sebagai bagian dari budaya yang masih diturunkan dan memiliki kompleksitas yang utuh dalam memaknai sebuah makanan.
Copyrights © 2024