Menurut data WHO, anemia defisiensi besi diperkirakan menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian pada perempuan usia subur, terutama saat mereka hamil dan melahirkan. Selain itu, perempuan usia subur yang menderita anemia menjadi kurang produktif dan memiliki kemampuan akademik yang kurang. Di Indonesia 30% perempuan berusia antara 15-24 tahun menderita anemia. Sedangkan di Jawa Barat yang berpenduduk lebih dari 47 juta jiwa, lebih dari 50% perempuan usia SMP menderita anemia (Roche dkk., 2018) Melihat situasi ini, pemerintah Indonesia mengacu kepada WHO memberikan tablet suplemen penambah darah bagi perempuan usia subur di Indonesia. Namun, pemberian tablet ini tidak dimanfaatkan dengan baik, karena banyak faktor yang melatarbelakanginya. Faktor sosial budaya seperti adanya mitos bahwa perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh makan ikan atau daging karena dapat mengakibatkan darahnya menjadi bau anyir, menjadi salah satu penyebab banyak perempuan usia subur kekurangan zat besi. Pemahaman yang rancu antara darah rendah dan kurang darah pun masih ada, sehingga perempuan tidak mau diberi tablet tambah darah karena takut membuatnya menderita tekanan darah tinggi (Roche dkk., 2018). Padahal anemia ini dapat dicegah dari awal dengan menerapkan pola hidup sehat serta mengonsumsi makanan dengan nutrisi lengkap. Menyikapi situasi dan kondisi di atas, pengabdian kepada masyarakat ini mengusung tema “Pencegahan Anemia pada Perempuan Usia Subur di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung”. Peserta penyuluhan ini adalah para perempuan berusia subur anggota majelis taklim Al Amanah di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para perempuan usia subur lebih memperhatikan kondisi kesehatan dirinya, terutama yang berkaitan dengan anemia, sehingga mereka dapat mengoptimalkan dirinya dan juga dapat melahirkan generasi yang sehat.
Copyrights © 2024