Selama beberapa dekade, Indonesia telah menerapkan kebijakan swasembada beras yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri dan mengurangi impor. Namun, klaim bahwa swasembada beras akan menguntungkan petani masih dipertanyakan karena karakteristik petani tidak berubah secara signifikan selama 50 tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak pencapaian swasembada beras terhadap kesejahteraan petani dengan menggunakan regresi panel data dinamis. Metode estimasi dengan difference GMM yang mengakomodir potensi permasalahan endogeneity menjadi pilihan terbaik yang menjelaskan model. Hasil regresi menunjukkan bahwa satu-satunya variabel yang signifikan dalam model ini adalah harga gabah tingkat produsen. Namun demikian peningkatan harga gabah tidak dapat terjadi dengan mudah karena harga beras memiliki karakteristik asimetris dan inefisiensi dalam rantai pasok beras. Kebijakan pemerintah yang ada tidak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu, budidaya padi tampaknya lebih menguntungkan tengkulak, pedagang besar, dan pedagang eceran, daripada petani kecil. Rasio antara margin perdagangan dan bagian petani di pasar beras selalu 30% untuk petani dan 70% untuk pedagang margin selama bertahun-tahun. Hasil ini juga didukung dari tingkat swasembada beras yang secara statistik tidak signifikan dalam meningkatkan nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan. Peningkatan efesiensi dan produktivitas petani melalui subsidi dan adopsi teknologi menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Copyrights © 2024