Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan pupuk kimia komersial dan bioslurry pada pemeliharaan rumput pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand). Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan membandingkan 2 jenis rumput pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand) yang diberi 2 perlakuan berbeda pada petak lahan yang diulang 5 kali. Adapun perlakuan sebagai berikut : P1 : Penanaman rumput pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand) dengan menggunakan Bioslurry P2 : Penanaman rumput pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand) dengan menggunakan pupuk NPK. Variabel penelitian yang diamati adalah berat segar dan berat kering tanaman rumput pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand). Data penelitian dianalisis menggunakan analisis UJI T (t- Test Students) untuk mengetahui perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan berat segar tanaman pada perlakuan bioslurry sebesar 5,95 kg, sedangkan pada perlakuan NPK menghasilkan 5,89 kg. Untuk berat kering bioslurry menghasilkan 1,21 kg, sedikit lebih tinggi dibandingkan NPK yang menghasilkan 1,18 kg. Meskipun perbedaan antara kedua perlakuan tersebut kecil, namun bioslurry menunjukkan kinerja yang sedikit lebih baik dalam mendukung pertumbuhan rumput gajah. Bioslurry, sebagai pupuk organik, tidak hanya menyediakan nutrisi penting (N, P, K) tetapi juga memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan retensi air, yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Di sisi lain, pupuk NPK memberikan unsur hara dengan cepat tetapi tidak memberikan kontribusi terhadap perbaikan tanah dalam jangka panjang. Temuan ini menunjukkan bahwa bioslurry dapat menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan pupuk kimia, meningkatkan kualitas tanah dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Copyrights © 2025