Kabupaten Kubu Raya menjadi muara dari Sungai Kapuas sekaligus langsung berhadapan dengan Laut Natuna. Morfologi tersebut membentuk variabilitas bentangalam yang kompleks sekaligus menimbulkan kerentanan bagi ekosistem setempat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis kerentanan dari dinamika tersebut. Sumber data primer bersumber dari survei Ground Control Point (GCP) tutupan lahan pesisir dan pencitraan menggunakan wahana drone, sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui ekstraksi citra satelit Sentinel 2A menggunakan metode Tasseled Cap kemudian dianalisis menggunakan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk menganalisis variabilitas garis pantai. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixed method) berdasarkan analisis spasial. Analisis data terdiri dari analisis spasial garis pantai dan kerentanan pesisir. Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh posisi terhadap arah arus laut, tutupan vegetasi sepanjang garis pantai dan muara sungai. Garis pantai yang ditutupi vegetasi seperti mangrove memiliki kerentanan yang rendah terhadap abrasi, selama periode pengukuran tidak terdapat abrasi, terlebih muka pantai yang tidak berhadapan tegak lurus dengan laut lepas. Pantai yang terbuka atau tertutup vegetasi perdu dan langsung berhadapan dengan laut lepas sangat rentan dengan abrasi, meskipun masih terbantu dengan sedimentasi dari sungai. Laju abrasi terpanjang mencapai 31,10 meter per tahun. Laju akresi terpanjang mencapai 43,64 meter per tahun. Vegetasi alami bakau jenis Api-api Putih (Avicennia alba) mampu tumbuh dengan rata-rata ketinggian 4,71 meter, menjadikannya sebagai jenis mangrove sejati yang paling dominan. Sementara itu, vegetasi nipah (Nypa fruticans) menutupi sekitar 9.643,9 hektar (92,48%) lahan mangrove dengan kerapatan tanaman mencapai 87,58% menjadi jenis mangrove pendamping yang mendominasi sebagian besar kawasan mangrove di Kabupaten Kubu Raya.
Copyrights © 2024