Pendahuluan. Lanjut usia (lansia) dengan disabilitas mempunyai keluhan kesehatan paling tinggi. Meskipun keluhan kesehatannya paling tinggi, lansia dengan disabilitas merupakan populasi yang memiliki persentase paling tinggi yang tidak melakukan pengobatan. Minimnya pengobatan kesehatan ini juga menjadi risiko munculnya masalah kesehatan lain. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta berkolaborasi dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta melakukan kegiatan bertajuk “Jogja Sapa Lansia” berfokus pada lansia dengan disabilitas. Tujuan. Sebagai perwujudan Kota Yogyakarta ramah lansia. Metode. Program service learning bersama mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan adalah dalam bentuk kunjungan ke lansia tirah baring. Dalam kunjungan mahasiswa melakukan observasi langsung dan eksplorasi masalah mengenai pemenuhan kebutuhan lansia. Asesmen menggunakan kuesioner short CANE (Camberwell Assessment Of Need For The Elderly). Hasil. Dilakukan kunjungan kepada sembilan lansia yang tirah baring dan didapatkan kebutuhan dominan yang belum terpenuhi adalah kebutuhan pendengaran/penglihatan, mobilitas dan dukungan sosial. Dari sisi caregiver kebutuhan lansia yang belum terpenuhi adalah kebutuhan informasi kondisi kesehatan. Mahasiswa kemudian melakukan edukasi sesuai dengan kondisi lansia. Kesimpulan. Lansia dengan tirah baring perlu dukungan lebih pada kondisi penglihatan/pendengaran, mobilitas, sosial dan informasi kondisinya.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025