Dalam rangka merespons kebijakan penerapan moderasi beragama di sekolah, Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY meluncurkan program sekolah percontohan moderasi beragama dengan menjadikan enam Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/ SMK) sebagai spesimen sekolah moderasi beragama.Keenamsekolahtersebuttersebardiempatkabupaten/kotadi wilayah Yogyakarta selain Sleman.Dalamliniwaktuyangsamadengandiimplementasikannya program penguatan moderasi beragama di lingkup sekolah, nampak bahwa dinamika kehidupan sosial keagamaan masih menunjukkan adanya indikasi intoleransikhususnyapadakalanganremaja. Atas dasar itu, fokus utama dari penelitian ini adalah upaya untuk melihat dan menganalisis dampak dari kebijakan penguatan moderasi beragama terhadap sikap antiradikalisme agama di kalangan siswa pada sekolah percontohan dan nonpercontohan program moderasi beragama. Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan penelitian gabungan (mix method) kuantitatif dan kualitatif dengan strategi Eksplanatoris Sekuensial. Data yang terkumpuldianalisissecarakuantitatifdengananalisisregresidandiperkuat dengan data kualitatif. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan bahwa variabel moderasi beragama hanya berpengaruh sebesar 14% terhadap pembentukan sikap antiradikalisme agama di kalangan siswa. Secarastatistik,siswayangberasaldarisekolahpercontohanprogram moderasi beragama lebihmoderat jikadibandingkandengansiswayangberasaldarisekolahnonpercontohan. Secara kualitatif, yang menjadi temuan adalahkurangnyaperan dan relasi kolaboratifantarpemangku kepentingan di sekolah, khususnyaantara KepalaSekolah dan guru PAI, dalam upaya mendukung internalisasi moderasi beragama dalam lingkup sekolah.
Copyrights © 2024