Gastrodiplomasi, sebagai konsep diplomasi yang mengandalkan kuliner sebagai alat untuk mempererat hubungan antarbangsa, telah mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam beberapa dekade terakhir. Dalam era globalisasi yang serba cepat ini, makanan bukan hanya berfungsi sebagai bagian dari budaya, tetapi juga sebagai sarana komunikasi internasional yang efektif. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran gastrodiplomasi dalam memperkuat hubungan antarbangsa dengan menggunakan kajian literatur yang berfokus pada praktik-praktik yang telah diterapkan oleh berbagai negara. Melalui studi kasus negara-negara seperti Thailand, Korea Selatan, dan Jepang, tulisan ini menyoroti bagaimana kuliner digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan pemahaman budaya, menarik perhatian internasional, dan memperluas pengaruh politik dan ekonomi. Selain itu, kajian ini juga membahas tantangan dan peluang yang dihadapi dalam implementasi gastrodiplomasi di tengah perkembangan teknologi komunikasi dan pergeseran dinamika global. Dengan demikian, artikel ini memberikan pandangan komprehensif tentang bagaimana gastrodiplomasi dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun soft power dan memperkokoh hubungan internasional di era globalisasi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024