Peran emosi dalam digital advertising semakin menjadi perhatian dalam studi psikologi konsumen, terutama dalam membentuk brand attachment dan mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian ini merupakan tinjauan pustaka dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan analisis deskriptif terhadap artikel yang dipublikasikan di Google Scholar dalam rentang tahun 1987–2024. Dari 50 artikel yang ditemukan, sebanyak 25 artikel digunakan setelah seleksi ketat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa digital advertising berbasis emosi lebih efektif dibandingkan dengan iklan yang hanya menekankan aspek rasional produk, terutama dalam membangun keterikatan emosional dan loyalitas pelanggan. Studi kasus dari berbagai merek seperti Dove, Coca-Cola, dan Gojek menunjukkan bahwa storytelling emosional, visual yang kuat, dan personalisasi dapat meningkatkan interaksi konsumen serta menciptakan hubungan jangka panjang dengan merek. Namun, strategi pemasaran berbasis emosi yang tidak dikelola dengan baik berisiko menimbulkan backlash, seperti yang terjadi pada kampanye kontroversial Pepsi dengan Kendall Jenner. Implikasi penelitian ini menyoroti pentingnya pemanfaatan emosi secara autentik dalam digital advertising untuk meningkatkan efektivitas pemasaran dan loyalitas pelanggan. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal cakupan data dan tidak mengukur langsung respons emosional konsumen, sehingga penelitian lebih lanjut dengan pendekatan empiris diperlukan untuk memperdalam pemahaman mengenai dampak emosional dalam digital advertising.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025