Penelitian terkait perempuan tentu selalu menarik untuk terus dilakukan, bukan hanya karena pesona yang melekat padanya akan tetapi perempuan selalu diibaratkan sebagai kaum inferior yang memiliki posisi di bawah laki-laki. Perempuan seringkali tersubordinasi oleh laki-laki, manakala dihubungkan dengan peran sosial mereka terutama dalam hal pembagian kerja. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk memudahkan dalam mendeskripsikan hasila penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Maka dari itu hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan-perempuan pada masyarakat Sungsang yang notabene merupakan istri-istri nelayan, mampu membangun ketahanan ekonomi mereka dengan mengolah hasil tangkapan laut untuk dijadikan sentra industri rumahan, terutama pada produksi kelempang, terasi dan hasil pengolahan laut lainnya yang menjadikan mereka memiliki otoritas dalam pembangunan ekonomi yang ada. Peningkatan ekonomi masyarakat Sungsang, melalui produksi-produksi rumahan yang mereka geluti, menjadikan perempuan-perempuan Sungsang memiliki “status sosial” yang cukup tinggi pada komunitasnya. Salah satunya terlihat pada tradisi pernikahan masyarakatnya yang menjadikan perempuan Sungsang memiliki otoritas permintaan (mahar) yang harus dipenuhi, dalam istilah adat Sungsang dinamakan “Mabat Larung”.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020