Kajian dilakukan bulan Oktober 2023 pada 5 stasiun pengamatan yang bertujuan untuk menilai kondisi ekologi perairan Selat Cunda dalam upaya pengembangan budidaya tiram. Parameter diukur secara in situ dan ex situ, selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu lingkungan serta dianalisis menggunakan Principal Component Analysis. Oksigen terlarut tertinggi ditemukan pada Stasiun 3 (7.66 ± 0.08 mg/L), pH pada Stasiun 2 (7.95 ± 0.02), salinitas pada Stasiun 1 (27.00 ± 1.00‰), kecerahan pada Stasiun 5 (79.00 ± 4.00 cm), kedalaman dan suhu pada Stasiun 2 (62.33 ± 8.33 cm dan 30.80 ± 0.62⁰C), kekeruhan dan kelimpahan Escherichia coli pada Stasiun 1 (2262.42 ± 1613.32 NTU dan 1020.00 ± 113.00 MPN/100 ml), logam berat Cd air pada Stasiun 3 dan 4 (masing-masing 0.01 ± 0.00 mg/L), logam berat Pb air pada Stasiun 3 (0.07 ± 0.01 mg/L), kecepatan arus pada Stasiun 2 (0.20 ± 0.01 m/s), tekstur pasir pada Stasiun 5 (88.00 ± 1.73%), tekstur debu pada Stasiun 4 (46.00 ± 22.52%), tekstur liat dan C-organik pada Stasiun 1 (9.67 ± 1.15% dan 0.85 ± 0.68%), logam berat Cd serta Pb pada Stasiun 3 (0.03 ± 0.01 mg/L dan 7.60 ± 0.58 mg/L) dan N-total pada Stasiun 4 (0.12 ± 0.33%). Hasil analisis PCA memperlihatkan bahwa parameter suhu, tekstur debu, kecepatan arus, Cd air, N-total dan tekstur pasir merupakan pembeda utama variasi di PC pertama; sementara parameter salinitas, kelimpahan E. coli, kekeruhan, tekstur liat dan kedalaman merupakan pembeda utama variasi di PC kedua. Untuk mewujudkan kesuksesan budidaya tiram di Selat Cunda Kota Lhokseumawe harus ditingkatkan nilai kecerahan dan kedalaman perairan serta menurunkan kekeruhan serta logam berat Pb.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025