Ironisme kondisi hutan tropis saat ini terjadi di Kalimantan Barat, padahal seharusnya provinsi ini menjadi aktor utama pelestarian hutan. Riset yang pernah dilakukan oleh sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat menyatakan bahwa salah satu perusahaan besar yang menjadi pelaku dari aksi deforestasi ini adalah PT Mayawana Persada. Kenyataan ini mendorong Depati Project dan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Hidup Indonesia menginisiasi liputan kolaborasi enam media dengan tema yang sama, yakni deforestasi dengan pelakunya adalah PT Mayawana. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis mengenai pembingkaian isu deforestasi yang dilakukan oleh PT Mayawana dalam liputan kolaborasi enam media massa tersebut, serta mengidentifikasi elemen-elemen framingnya. Metode penelitian ini menggunakan analisis framing Entman dengan paradigma konstruktivisme dan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing media memiliki penonjolan dan seleksi isu yang berbeda dalam mengisahkan deforestasi oleh PT Mayawana. Jaring.id, CNN TV, dan Ekuatorial lebih menekankan pada dampak sosial dan ekonomi terhadap komunitas adat dan masyarakat lokal, sedangkan Pontianak Post dan Mongabay lebih fokus pada dampak lingkungan dan ekosistem. Selain menyoroti nasib orang utan dan satwa liar lainnya, Betahita.id juga menyoroti aspek hukum dan tanggung jawab perusahaan serta pemerintah dalam menjaga keberlanjutan hutan. Perbedaan fokus framing ini dipengaruhi oleh kebijakan editorial, audiens target, dan afiliasi dukungan. Temuan ini menunjukkan adanya keberpihakan media dalam melaporkan isu deforestasi, dan cenderung berpihak pada perlindungan lingkungan dan hak-hak komunitas lokal.
Copyrights © 2024