LATAR BELAKANGKonsekuensi gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) yang paling utama adalah kelainan neuropsikologi dalam masa pertumbuhan janin. Remaja merupakan kelompok usia yang segera akan menghasilkan keturunan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya hubungan antara konsumsi iodium dan prevalensi gondok pada remaja. METODEPenelitian ini dirancang menggunakan desain potong-lintang. Sebanyak 300 siswa putri SMU usia 15-18 tahun di Kabupaten Minahasa (Mn, Sulawesi), Bukittinggi (Bt, Sumatera) dan Gunungkidul (Gk, Jawa), berpartisipasi dalam penelitian ini. Pembesaran tiroid (gondok) dipalpasi dengan mengikuti kriteria WHO/ICCIDD. Data yang dikumpulkan termasuk sampel urin sesaat (casual urine), perihal kesukaan remaja mengudap, contoh garam dapur rumahtangga, dan penggunaan garam beriodium. HASILPrevalensi gondok pada siswi sangat tinggi di tiga kabupaten, sebesar 51,0% (Mn), 41,6% (Bt) dan 31,1% (Gk) searah dengan gradasi proporsi defisit iodium menurut konsentrasi iodium dalam urin (KIU) (<100 mg/L bertutur-turut: 38,1%; 24,3% dan 11,6%) yang berada dalam kisaran normal. Kualitas garam beriodium di Mn paling bagus (>20 ppm iodium = 56%) begitu pula jenis garam yang dikonsumsi (92,0% garam halus) dibandingkan dengan dua kabupaten lainnya (Gk 90% garam bata; Bt 61,5 % garam curai/krosok). KESIMPULANKonsumsi iodium berhubungan dengan prevalensi gondok pada siswi berusia 15-17 tahun.
Copyrights © 2007