Iman Sumarno
Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan antara konsumsi iodium dan gondok pada siswi berusia 15-17 tahun Budiman, Basuki; Sumarno, Iman
Universa Medicina Vol 26, No 2 (2007)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2007.v26.80-89

Abstract

LATAR BELAKANGKonsekuensi gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) yang paling utama adalah kelainan neuropsikologi dalam masa pertumbuhan janin. Remaja merupakan kelompok usia yang segera akan menghasilkan keturunan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya hubungan antara konsumsi iodium dan prevalensi gondok pada remaja. METODEPenelitian ini dirancang menggunakan desain potong-lintang. Sebanyak 300 siswa putri SMU usia 15-18 tahun di Kabupaten Minahasa (Mn, Sulawesi), Bukittinggi (Bt, Sumatera) dan Gunungkidul (Gk, Jawa), berpartisipasi dalam penelitian ini. Pembesaran tiroid (gondok) dipalpasi dengan mengikuti kriteria WHO/ICCIDD. Data yang dikumpulkan termasuk sampel urin sesaat (casual urine), perihal kesukaan remaja mengudap, contoh garam dapur rumahtangga, dan penggunaan garam beriodium. HASILPrevalensi gondok pada siswi sangat tinggi di tiga kabupaten, sebesar 51,0% (Mn), 41,6% (Bt) dan 31,1% (Gk) searah dengan gradasi proporsi defisit iodium menurut konsentrasi iodium dalam urin (KIU) (<100 mg/L bertutur-turut: 38,1%; 24,3% dan 11,6%) yang berada dalam kisaran normal. Kualitas garam beriodium di Mn paling bagus (>20 ppm iodium = 56%) begitu pula jenis garam yang dikonsumsi (92,0% garam halus) dibandingkan dengan dua kabupaten lainnya (Gk 90% garam bata; Bt 61,5 % garam curai/krosok). KESIMPULANKonsumsi iodium berhubungan dengan prevalensi gondok pada siswi berusia 15-17 tahun.
PREVALENSI ANEMIA PADA ANAK 2-4 TAHUN DI DKI JAKARTA SERTA FAKTOR RISIKONYA Sumarno, Iman; Kartika, Vita; Saraswati, Edwi
GIZI INDONESIA Vol 28, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.873 KB)

Abstract

Anemia in young children causes retardation in growth and development, and low immunity. The crisis that hit Indonesia, decreased socio- economic status of the populations and public services. Hellen Keller International reported high prevalance of anemia in young children in poor areas of Indonesia. Aware about the severe consequences of anemia, Provincial Health Office of Jakarta in 2002 assesed the magnitude of anemia in children aged 2-4 year in Jakarta. The survey was planned to represent each areas of Jakarta, namely West Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta, South Jakarta, North Jakarta, and district of Pulau Seribu. Thirty clusters were systematically drawn in each cluster 7 children aged 2-4 years were systematically random in each cluster. It was found that the education level of parents were relatively low: among mother of the samples 85% were house wivesand 38% of the father were in informal sectors. The prevalance of anemia of children aged 2-4 years was 26,8%. It ranges from 13.5 % in South Jakarta to the highest 51.3 % in Pulau Seribu. The risk factors of anemia for children were underweight and ever defecate worm with increased risk 1.5 and 1.9 ti. On the other named comsumption of vitamin A capsules more then 3 times. is protective agains anemia as low as 27%. Having parents or working in company reduced risk of anemia by 33%.Keywords:anemia, risk factors