Seiring dengan perkembangan zaman, industri film global terus mengalami kemajuan pesat. Film kini hadir dalam berbagai genre, seperti petualangan, komedi, fantasi, fiksi ilmiah, drama, romansa, dan lain-lain. Genre horor, khususnya di Indonesia, juga mengalami banyak perubahan. Hal ini didorong oleh tingginya minat masyarakat terhadap film horor, yang terlihat dari banyaknya film horor yang beredar di pasaran. Salah satu subgenre yang mendapat perhatian adalah film horor dengan tema budaya. Indonesia, yang terkenal dengan keberagaman budaya dan sukunya, termasuk budaya pamali. Pamali memiliki berbagai makna tergantung pada daerah dan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna adat budaya Pamali dalam film Pamali (2022) dan Pamali: Dusun Pocong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan sumber data sekunder. Teori yang digunakan adalah analisis semiotika oleh Roland Barthes, yang mengembangkan teori semiotika berdasarkan gagasan dari Ferdinand de Saussure dari penanda dan petanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Pamali (2022) dan Pamali: Dusun Pocong memiliki interpretasi makna pamali yang berbeda. Dengan menganalisis budaya pamali, seseorang dapat memahami lebih dalam tentang budaya ini di berbagai daerah, serta membuka peluang untuk produksi film dengan tema serupa. Meskipun memiliki interpretasi yang berbeda, pamali tetap memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu sebagai pembelajaran bahwa setiap tindakan, sekecil apapun pasti memiliki konsekuensi.
Copyrights © 2024