Infeksi adalah penyakit yang akibatkan oleh mikroba yang sangat berubah-ubah. Obat yang paling umum untuk mengobati infeksi yang oleh bakteri adalah antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dapat menyebabkan efek negatif seperti kekebalan mikroba pada beberapa antibiotik, peningkatan resistensi terhadap obat, efek samping dan bahkan kematian. Bakteri gram negatif yang menghasilkan enzim yang dikenal sebagai extended spectrum beta-lactamase antara bakteri ini adalah antibiotik seperti penisillin, sefalosporin, dan aztreonam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang prevalensi resistansi bakteri Pseudomonas aeruginosa pada antibiotika golongan sefalosporin dan untuk menentukan frekuensi kejadian ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) di RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji sensitivitas antimikroba, dari 30 sampel klinik yang diuji pada antibiotika sefalosporin, yang paling resisten adalah seftazidim 26 sampel (87%) sefotaksim 21 sampel (70%), seftriakson 21 sampel (70%). Uji produksi ESBL diperoleh 25 sampel (83%) positif ESBL pada antibiotika sefotaksim+as. klavulanat, 21 sampel (70%) positif ESBL pada antibiotika seftazidim+as.klavunalat, dan 17 sampel (50%) positif ESBL pada antibiotika seftriakson. Bakteri Pseudomonas aeruginosa diketahui telah mengalami resistensi terhadap antibiotika golongan sefalosporin dan positif menghasilkan enzim ESBL di RSUD Dr. H.Chasan Boesoirie Ternate. Kata Kunci :Pseudomonas aeruginosa, Antibiotika Sefalosporin, ESBL 
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025