Jabodetabek telah berkembang dari daerah kota kecil dan terpisah menjadi kota metropolitan yang lebih besar dan terpadu. Saat ini, Jabodetabek telah menjadi kota terbesar di Indonesia dan memainkan peran penting dalam aspek sosial, ekonomi dan politik. Namun, kurangnya kemampuan perencanaan dalam hal pengelolaan kawasan yang semakin kompleks perlu ditanggapi secara serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil suhu perkotaan, klasifikasi tutupan lahan di Jabodetabek, dan analisis albedo permukaan. Pertama, profil suhu dianalisis menggunakan data perubahan suhu diurnal dan suhu harian selama sembilan tahun. Kedua, klasifikasi tutupan lahan dianalisis menggunakan dataset citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8 OLI/TIRS. Ketiga, analisis albedo permukaan dilakukan dengan menggunakan paduan data spasial dan karakteristik tutupan lahan yang diperoleh sebelumnya. Hasil profil suhu menunjukkan bahwa daerah perkotaan memiliki periode pendinginan yang lebih lambat dibandingkan dengan daerah pinggiran kota. Proses klasifikasi menghasilkan tujuh kelas tutupan lahan dengan tingkat akurasi sebesar 80,95% (2010) dan 83,33% (2018), koefisien kappa masing-masing sebesar 0,74 (2010) dan 0,77 (2018). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terjadi perluasan wilayah perkotaan sejak tahun 2010. Distribusi nilai albedo permukaan berturut-turut dari tinggi ke rendah yaitu lahan terbangun, rumput/semak, vegetasi, badan air, dan tanah lembap/tambak. Disamping itu, albedo permukaan dan suhu udara memiliki korelasi positif terhadap perubahan tutupan lahan. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya R-square antara albedo dan tutupan lahan (0,84 dan 0,90) dan antara suhu udara dan tutupan lahan (0,59 dan 0,63). Dengan kata lain, perubahan tutupan lahan dapat meningkatkan nilai albedo dan suhu udara.
Copyrights © 2025