Bunuh diri merupakan hal biasa di kalangan orang-orang Jepang yang dipandang sebagai tindakan bertanggungjawab secara moral. Bunuh diri, juga ada dalam tradisi agama sedangkan di dunia kedokteran dikenal istilah euthanasia (hak untuk mati dengan bantuan orang lain). Penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan pendekatan case study dengan menggunakan studi literatur sebagai teknik pengumpulan data. Sedangkan, teknik analisis data serta menggunakan Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika konflik yang dihadapi William Traynor terbagi menjadi empat tahapan yaitu: Pra-Konflik, Konfrontasi, Klimaks dan Pasca-Konflik. Pra-konflik dimulai ketika William mengalami kecelakaan, ia merasa kelelahan karena proses pemulihannya, hal itu membuat William putus asa. Konfrontasi dimulai ketika William berbicara terus terang kepada ibunya tentang keinginannya untuk mengakhiri hidupnya. Hal itu membuat ibunya marah, tetapi ia tidak bisa menolak atau menerima permintaannya. Klimaks konflik William dirasakan muncul dan pecah ketika Louisa mencoba meyakinkan William untuk membatalkan keinginannya melakukan eutanasia di Swiss. Pasca-Konflik ditutup dengan kematian William dan beberapa fakta yang ditemukan oleh Crown Prosecution Service di balik keputusan William untuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan tipe konflik, ada dua yaitu konflik Internal dan Eksternal dengan jenis bunuh diri yang dilakukan William Traynor tergolong bunuh diri egoistik yang muncul karena integrasi sosial yang rendah.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024