Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Dinamika Konflik Dalam Kesepakatan Bunuh Diri William Traynor Masfufah Zain, Kuswatul
Journal of Public Power Vol. 8 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Universitas Darul Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32492/jpp.v8i2.8203

Abstract

Bunuh diri merupakan hal biasa di kalangan orang-orang Jepang yang dipandang sebagai tindakan bertanggungjawab secara moral. Bunuh diri, juga ada dalam tradisi agama sedangkan di dunia kedokteran dikenal istilah euthanasia (hak untuk mati dengan bantuan orang lain). Penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan pendekatan case study dengan menggunakan studi literatur sebagai teknik pengumpulan data. Sedangkan, teknik analisis data serta menggunakan Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika konflik yang dihadapi William Traynor terbagi menjadi empat tahapan yaitu: Pra-Konflik, Konfrontasi, Klimaks dan Pasca-Konflik. Pra-konflik dimulai ketika William mengalami kecelakaan, ia merasa kelelahan karena proses pemulihannya, hal itu membuat William putus asa. Konfrontasi dimulai ketika William berbicara terus terang kepada ibunya tentang keinginannya untuk mengakhiri hidupnya. Hal itu membuat ibunya marah, tetapi ia tidak bisa menolak atau menerima permintaannya. Klimaks konflik William dirasakan muncul dan pecah ketika Louisa mencoba meyakinkan William untuk membatalkan keinginannya melakukan eutanasia di Swiss. Pasca-Konflik ditutup dengan kematian William dan beberapa fakta yang ditemukan oleh Crown Prosecution Service di balik keputusan William untuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan tipe konflik, ada dua yaitu konflik Internal dan Eksternal dengan jenis bunuh diri yang dilakukan William Traynor tergolong bunuh diri egoistik yang muncul karena integrasi sosial yang rendah.
Pertarungan Public Stigma Dan Defensive Symbolic Pada Denominasi Sosial Kyai Tazid, Abu; Mukari; Masfufah Zain, Kuswatul
Journal of Public Power Vol. 8 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Darul Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32492/jpp.v8i1.8101

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat Madura yang dikenal fanatik terhadap kyai dan memiliki sikap paternalistik terhadap beberapa kyai meskipun sudah diketahui melanggar norma hukum melalui perilaku korupsi. Alasannya karena pada eksploratori ditemukan suatu masyarakat memberikan pandangan negatif (stigma) pada kyai dengan kyai pesse. Akan tetapi, ternyata ada kelompok yang kemudian membela kyai secara berlebihan meskipun sudah diketahui bersama kyainya tersebut korupsi. Kemudian kelompok tersebut disebut dengan istilah Denominasi Sosial Kyai yang terdiri dari keluarga (ahlul bait), santeri, wali santeri dan alumni. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian lebih lanjut melihat fenomena tersebut terhadap masyarakat Madura terutama diluar denominasi sosial kyai. Penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan pendekatan Fenomenologi dengan menggunakan indepth interview dan observasi partisipan sebagai teknik pengumpulan data. Sementara untuk teknik penentuan subjek/informan penelitian menggunakan purposif dan kualitatif-eksplanatif sebagai teknik analisis data serta menggunakan Triangulasi dan Persistent-observation sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan, Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah; 1) Stigma masyarakat terhadap kyai korupsi ternyata juga distigmatisasikan kepada denominasi sosial; 2) Stigma masyarakat terhadap kyai korupsi ternyata juga distigmatisasikan hanya kepada sebagian denominasi sosial terutama keluarga (ahlul-bait); 3) Stigma masyarakat terhadap kyai korupsi ternyata tidak distigmatisasikan kepada denominasi sosial. Sedangkan, kesimpulan penelitian ini adalah ternyata kyai mendapatkan pandangan negatif (stigma) dari masyarakat yaitu kyai pesse (kyai uang), kyai sennok (kyai pelacur), blater/bajingan mak kaeh (kyai palsu) dan kyai proyek, dan mendapatkan resistensi melalui pembelaan yang dilakukan oleh denominasi sosial dengan berbagai cara baik secara verbal maupun melalui gerakan massa.
Dinamika Konflik Dalam Kesepakatan Bunuh Diri William Traynor Masfufah Zain, Kuswatul
Journal of Public Power Vol. 8 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Universitas Darul Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32492/jpp.v8i2.8203

Abstract

Bunuh diri merupakan hal biasa di kalangan orang-orang Jepang yang dipandang sebagai tindakan bertanggungjawab secara moral. Bunuh diri, juga ada dalam tradisi agama sedangkan di dunia kedokteran dikenal istilah euthanasia (hak untuk mati dengan bantuan orang lain). Penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan pendekatan case study dengan menggunakan studi literatur sebagai teknik pengumpulan data. Sedangkan, teknik analisis data serta menggunakan Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika konflik yang dihadapi William Traynor terbagi menjadi empat tahapan yaitu: Pra-Konflik, Konfrontasi, Klimaks dan Pasca-Konflik. Pra-konflik dimulai ketika William mengalami kecelakaan, ia merasa kelelahan karena proses pemulihannya, hal itu membuat William putus asa. Konfrontasi dimulai ketika William berbicara terus terang kepada ibunya tentang keinginannya untuk mengakhiri hidupnya. Hal itu membuat ibunya marah, tetapi ia tidak bisa menolak atau menerima permintaannya. Klimaks konflik William dirasakan muncul dan pecah ketika Louisa mencoba meyakinkan William untuk membatalkan keinginannya melakukan eutanasia di Swiss. Pasca-Konflik ditutup dengan kematian William dan beberapa fakta yang ditemukan oleh Crown Prosecution Service di balik keputusan William untuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan tipe konflik, ada dua yaitu konflik Internal dan Eksternal dengan jenis bunuh diri yang dilakukan William Traynor tergolong bunuh diri egoistik yang muncul karena integrasi sosial yang rendah.
Pertarungan Public Stigma Dan Defensive Symbolic Pada Denominasi Sosial Kyai Tazid, Abu; Mukari; Masfufah Zain, Kuswatul
Journal of Public Power Vol. 8 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Darul Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32492/jpp.v8i1.8101

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat Madura yang dikenal fanatik terhadap kyai dan memiliki sikap paternalistik terhadap beberapa kyai meskipun sudah diketahui melanggar norma hukum melalui perilaku korupsi. Alasannya karena pada eksploratori ditemukan suatu masyarakat memberikan pandangan negatif (stigma) pada kyai dengan kyai pesse. Akan tetapi, ternyata ada kelompok yang kemudian membela kyai secara berlebihan meskipun sudah diketahui bersama kyainya tersebut korupsi. Kemudian kelompok tersebut disebut dengan istilah Denominasi Sosial Kyai yang terdiri dari keluarga (ahlul bait), santeri, wali santeri dan alumni. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian lebih lanjut melihat fenomena tersebut terhadap masyarakat Madura terutama diluar denominasi sosial kyai. Penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan pendekatan Fenomenologi dengan menggunakan indepth interview dan observasi partisipan sebagai teknik pengumpulan data. Sementara untuk teknik penentuan subjek/informan penelitian menggunakan purposif dan kualitatif-eksplanatif sebagai teknik analisis data serta menggunakan Triangulasi dan Persistent-observation sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan, Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah; 1) Stigma masyarakat terhadap kyai korupsi ternyata juga distigmatisasikan kepada denominasi sosial; 2) Stigma masyarakat terhadap kyai korupsi ternyata juga distigmatisasikan hanya kepada sebagian denominasi sosial terutama keluarga (ahlul-bait); 3) Stigma masyarakat terhadap kyai korupsi ternyata tidak distigmatisasikan kepada denominasi sosial. Sedangkan, kesimpulan penelitian ini adalah ternyata kyai mendapatkan pandangan negatif (stigma) dari masyarakat yaitu kyai pesse (kyai uang), kyai sennok (kyai pelacur), blater/bajingan mak kaeh (kyai palsu) dan kyai proyek, dan mendapatkan resistensi melalui pembelaan yang dilakukan oleh denominasi sosial dengan berbagai cara baik secara verbal maupun melalui gerakan massa.