Tunadaksa termasuk anak berkebutuhan khusus, sebab memiliki kelainan cacat fisik dalam gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk polio dan lumpuh. Interaksi dengan anak tunadaksa harus dimulai dengan cara: (1) setiap orang harus mengubah paradigmanya tentang anak tunadaksa dan menyadari pada dasarnya setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan; (2) kesiapan sekolah harus diperhatikan baik kepala sekolah, guru, administrasi, ataupun siswa-siswa anggota sekolah; dan (3) menyediakan fasilitas khusus bagi penyandang tunadaksa. (4) merangkul mereka dengan demikian anak-anak tunadaksa tetap dapat berbaur dengan masyarakat umum agar mereka tidak merasa minder dengan kekurangan yang mereka miliki dan mengekplor kelebihan yang mereka miliki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan jenis penelitian studi kasus. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada SLB Negeri Pembina Kuala Simpang. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak penderita Tunadaksa di SLB Negeri Pembina Kuala Simpang dan juga para guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan dari hasil yang kami observasi, di SLB Negeri Pembina Kuala Simpang mereka selalu diajarkan olahraga, belajar, ataupun sholat karena dengan terbiasanya mereka bergerak maka akan berkurang hambatan mereka seperti anak tunadaksa yang awalnya tidak bisa berjalan sama sekali lama-lama bisa jalan dengan lancar, dan ada anak yang tidak bisa menulis karena tangannya yang tidak sempurna lama-lama bisa menulis dan lain sebagainya.
Copyrights © 2022