Demam tifoid merupakan penyakit sistemik yang bersifat akut dan disebabkan oleh bakteri Salmonella    serotipe typhi, Salmonella serotipe paratyphi A, B, dan C. Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan spektrum sindon klinis yang khas termasuk gastroenteritis, demam enterik, bakteremia, infeksi endovascular, dan infeksi fecal seperti osteomyelitis, atau abses. Data prevalensi penyakit demam tifoid menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan beban penyakit tifoid global pada 11-20 juta kasus per tahun di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara. Diagnosa infeksi pada kasus demam tifoid dapat diketahui dari rasio jumlah neutrofil terhadap limfosit. Rasio jumlah neutrofil terhadap limfosit (NLR) dapat dijadikan sebagai parameter sederhana untuk menilai status inflamasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan skala positif pada uji tubex dengan jumlah neutrofil limfosit pada pasien demam typhoid. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif dan di analisis dengan uji kolerasi Spearman dengan SPSS. Pengukuran jumlah netrofil dan limfosit dengan menggunakan hematologi analyzer Sysmex XN- 550. Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan hasil NLR <3 (infeksi ringan) sebanyak 236 responden (67%) kategori infeksi terbanyak, nilai NLR 3-5 (infeksi sedang) sebanyak 65 responden (19%) dan nilai NLR > 5 (infeksi berat) sebanyak 49 responden (14%). Dari hasil penelitian bahwa di negara berkembang kasus demam tifoid masih tinggi hal ini disebabkan oleh kurangnya kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan. Dari hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Neutrofil Lymphocyte Ratio (NLR) terhadap uji tubex
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024