Salam merupakan bagian penting dalam budaya dan agama, termasuk horas dalam budaya Batak Toba dan shalom dalam Kekristenan. Horas bukan sekadar sapaan, tetapi juga doa dan harapan akan kesejahteraan serta semangat hidup, sementara shalom menekankan damai sejahtera yang berasal dari Allah. Penelitian ini menganalisis bagaimana kedua salam ini dipahami dan diterapkan dalam gereja Batak Toba melalui pendekatan hermeneutika kontekstual. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menemukan bahwa horas dapat dipertahankan sebagai identitas budaya tanpa bertentangan dengan nilai Kekristenan, selama maknanya dikontekstualisasi dengan shalom. Gereja Batak Toba dapat mengadopsi keduanya secara harmonis, menunjukkan bahwa iman dan budaya dapat berjalan berdampingan tanpa harus saling meniadakan.
Copyrights © 2025